SOLOPOS.COM - Ilustrasi toilet (Dok/Solopos)

Ilustrasi toilet (Dok/Solopos)

Ilustrasi toilet (Dok/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Para penjaga toilet di lingkungan pasar tradisional mengeluhkan kebijakan pemkot. Pasalnya, mereka tak lagi diizinkan menarik retribusi di toilet sejak 1 Oktober lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Artinya, masyarakat gratis menggunakan toilet yang ada di seluruh pasar tradisional di Kota Bengawan. Kondisi itu membuat para penjaga toilet kelimpungan.

Salah satu penjaga toilet, Sutejo, mengaku hasil dari menjaga toilet merupakan satu-satunya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setidaknya, lanjut dia, terdapat sekitar 80 penjaga toilet di pasar tradisional yang ada di Kota Bengawan.

“Tegal sawahe ya dari toilet itu. Kalau sekarang digratiskan mau mencari penghasilan dari mana lagi?” urai penjaga toilet di Pasar Jongke tersebut saat ditemui wartawan di DPRD Solo, Senin (7/10/2013).

Dijelaskannya, selama ini sebagian penjaga toilet juga sudah mengeluarkan biaya untuk melengkapi sarana dan prasarana di toilet yang mereka jaga. Sepekan setelah kebijakan tersebut dikeluarkan, jelas dia, sejumlah penjaga terpaksa meninggalkan toilet yang selama ini mereka jaga.

Beberapa penjaga masih mengelola toilet namun hanya satu bilik. Bahkan, diakuinya terdapat sejumlah penjaga yang merusak toilet lantaran kesal dengan kebijakan itu.
“Ada toilet yang pipanya dirusak. Terus terang kami kebingungan karena kebijakan itu,” ungkapnya.

Disampaikannya, sudah ada dua kali sosialisasi terkait rencana penghapusan retribusi toilet di pasar tradisional itu.

“Ini bakal dikelola oleh pihak ketiga. Pengelolaannya seperti apa kami juga tidak tahu,” katanya.

Sutejo juga mempertanyakan kebijakan bagi para pengelola yang mendirikan toilet untuk mewakafkan toilet itu ke pemkot.

“Bagi yang sudah membuat toilet di kawasan pasar harus mewakafkan ke pemkot. Kalau tidak mau digempur saja. Ya semestinya jangan seperti itu,” tambah dia.

Soal wakaf toilet tersebut dibenarkan penjaga toilet lainnya, Purnomo.

“Harusnya ada pembicaraan dulu dengan pemilik toilet yang diminta untuk diwakafkan. Selama ini perawatan dari kami sendiri dan kami selalu setor hasil retribusi toilet ke pemkot,” urai dia.

Keluhan senada juga dikatakan penjaga toilet di Pasar Mojosongo, Sakinem.

“Saya sampai tidak bisa tidur memikirkan itu,” ucapnya.

Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala DPP Solo, Subagyo, membenarkan adanya kebijakan tak dipungut biaya untuk penggunaan toilet di pasar tradisional per 1 Oktober. Kedepan, lanjut dia, seluruh toilet di pasar tradisional bakal dikelola pemkot.

“Siapapun yang memanfaatkan toilet pasar tradisional, gratis,” tegasnya.

Subagyo menyampaikan nasib para penjaga toilet diserahkan ke masing-masing pengelola lantaran selama ini pemkot tidak ada ikatan dengan para penjaga. Terkait wakaf sejumlah toilet, Subagyo menuturkan hal itu dilakukan lantaran banyak pedagang yang mengalihfungsikan kios menjadi toilet.

“Kalau tidak mengembalikan ke bentuk semula, kami minta mewakafkan toilet itu,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya