SOLOPOS.COM - Kuliner codot bacem khas Gunungkidul. (Detik.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Kelelawar atau codot yang menjadi bahan baku kuliner ekstrem di beberapa tempat di Indonesia diklaim tidak berisiko menularkan virus Corona karena hanya memakan buah.

Namun sebenarnya kelelawar buah di Indonesia juga berpotensi menularkan berbagai macam virus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkan oleh ahli patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof Drh Agus Setiyono, ketika dihubungi Antara dari Jakarta, Senin (3/2/2020).

Kelelawar buah terbukti memiliki virus-virus yang berpotensi menginfeksi manusia meski diklaim tak seperti di Wuhan, China.

Ekspedisi Mudik 2024

Andre Rosiade Bantah Pesan Kamar, Hotel Kyriad: Kami Punya CCTV

Menurut temuan dari tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), ujar dia, kelelawar buah di Indonesia memiliki enam jenis virus yang menimbulkan zoonosis atau penyakit menular dari hewan ke manusia.

Salah satu jenis virus tersebut adalah coronavirus.

Andre Rosiade Berdalih Hindarkan Azab Prostitusi, Gustika: Sok Magang Jadi Tuhan!

Tim peneliti IPB dan Research Center for Zoonosis Control (RCZC) Universitas Hokkaido di Jepang menemukan jenis virus pada kelelawar buah, yakni coronavirus, bufavirus, polyomavirus, alphaherpesvirus, paramyxovirus, dan gammaherpesvirus.

Salah satu dasar penelitian itu adalah muncul virus nipah di Malaysia pada 1998 dan virus hendra di Australia pada 1994. Kedua virus itu ditemukan pada kelelawar buah.

Sultan HB X: Codot Gunungkidul Makan Buah, Kelelawar Wuhan Makan Steak

Pola penyebaran nipah adalah virus dari kelelawar berpindah ke babi yang kemudian melakukan kontak dengan manusia dan menyebabkan infeksi.

Hal yang sama juga terjadi dengan virus hendra di Australia yang berpindah dari kelelawar ke kuda dan kemudian ke manusia.

Kuliner Codot Bacem Khas Gunungkidul Laris Manis

"Jadi mekanisme kejadian penyakitnya atau penularannya itu dimungkinkan dari hewan bisa ke hewan. Ada dari hewan ke manusia," kata Agus Setiyono yang terlibat dalam penelitian tersebut, Senin (3/2/2020).

Untuk menghindari penyebaran virus itu, dia menyarankan agar menghindari kontak langsung dan tidak langsung dengan kelelawar karena berpotensi menstransmisi agen penyebab penyakit.

Hati-Hati, Ini Bahaya Minum Air Panas

Selain itu, manusia diharapkan tidak mengonsumsi buah yang sudah digigit oleh kelelawar buah. Meski sudah terbukti matang di pohon, buah tersebut tetap membawa risiko virus dari kelelawar.

Dia juga menyarankan bagi yang menikmati masakan dengan bahan kelelawar buah untuk mempertimbangkan kembali kebiasaan tersebut mengingat adanya risiko itu.

Blusukan Gang Demi Memanjakan Lidah di Tengkleng Yu Tentrem

Meski sebagian besar virus akan mati dalam suhu yang tinggi, tapi untuk bahan mentah masih memiliki potensi virus.

Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufiq P Nugraha mengungkapkan potensi zoonosis dapat meningkat akibat deforestasi.

Hati-Hati, Ini Bahaya Minum Air Panas

"Deforestasi sebagai salah satu faktor, bisa dikatakan seperti itu. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan penyakit itu adalah deforestasi. Logikanya dengan hutan terbuka, satwa liar yang tadinya di dalam tiba-tiba aksesnya ke manusia semakin dekat," kata peneliti satwa liar pada Pusat Penelitian Biologi LIPI itu ketika dihubungi Antara dari Jakarta, Senin.



Pendaftaran SNMPTN di Depan Mata, Ini Daftar Jurusan Kuliah Termurah

Terbukanya hutan, katanya, membuat kawasan permukiman warga semakin dekat.

Kondisi itu membuat tingkat kemungkinan kontak manusia dengan hewan liar yang memiliki virus, dan hewan peternakan atau peliharaan, meningkat.

Lowongan Kerja Terbaru, Klik di Sini!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya