SOLOPOS.COM - perawatan

Mekkah (Solopos.com) – Jumlah jamaah haji Indonesia wafat hingga akhir pekan lalu mencapai 359 orang, yang terdiri atas jamaah pria 237 orang dan wanita 122 orang.

DIRAWAT -- Sejumlah jemaah yang sakit mendapatkan perawatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekkah, beberapa waktu lalu. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara dilihat dari usia, jamaah wafat usia 60 tahun ke atas mencapai 262 orang, usia 50-59 tahun mencapai 78 orang, usia 40-49 tahun 17 orang serta di bawah 40 tahun dua orang. Angka kematian yang cukup tinggi tersebut awalnya memang sudah bisa diperkirakan, mengingat kisaran jumlah jamaah wafat dalam kisaran 300-400 orang setiap tahunnya.

Menjadi salah satu pertanyaan adalah mengapa setiap tahun dan tahun 2011 ini jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat masih sedemikian tinggi? Sejumlah penyebab menjadi faktor masih tingginya jamaah wafat di Tanah Suci, di antaranya usia jamaah yang memang sudah tergolong tua, saat berangkat dari Tanah Air sudah sakit-sakitan atau mengidap penyakit, hingga faktor keletihan karena terlalu aktif jalankan ibadah.

Menteri Agama Suryadharma Ali mengungkapkan jamaah haji berusia lanjut memang menjadi prioritas Kementerian Agama (Kemenag) untuk diberangkatkan haji saat pemerintah mendapat tambahan kuota haji dari Pemerintah Arab Saudi. “Jamaah usia lanjut tahun ini memang banyak yang diberangkatkan dan bahkan kemungkinan tahun depan juga akan kita lakukan,” kata Menag.

Salah satu alasan mengapa jamaah usia lanjut diprioritaskan adalah daftar tunggu (waiting list) di beberapa daerah terlalu panjang, ada yang lima tahun, enam tahun, delapan tahun hingga 10 tahun. Menag membayangkan akan berusia berapa jamaah usia lanjut bisa berangkat haji ke Tanah Suci jika harus menunggu sesuai daftar tunggu. “Oleh sebab itu, jamaah haji usia lanjut akan jadi prioritas jika kita dapat tambahan kuota haji dari pemerintah Saudi,” kata Suryadharma.

Menag menegaskan kurang sependapat jika ada pihak yang mngusulkan jamaah usia lanjut dan masuk dalam golongan risiko tinggi (Risti) dibatasi keberangkatan menunaikan ibadah haji untuk menekan angka kematian. Suryadharma mengatakan, pihaknya bakal akan mendapat kecaman keras dari sejumlah pihak termasuk masyarakat yang menginginkan dapat menjalankan haji, jika dirinya melaksanakan saran atau usul kontroversial tersebut. “Bahkan banyak jamaah yang ingin wafat di Tanah Suci saat jalankan ibadah haji dan mereka sudah tahu risikonya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena jalankan haji merupakan hak warga negara,” kata Menag Suryadharma.

Serangan jantung
Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr Mawari Edy, mengatakan serangan jantung serta infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA menjadi penyebab utama jamaah wafat selama berada di Arab Saudi saat jalankan ibadah haji. “Sebelum puncak haji jamaah haji wafat didominasi penyakit jantung. Setelah puncak haji, mulai muncul jamaah wafat karena masalah pernafasan,” kata Mawary.

Kedua penyakit ini muncul berkaitan dengan aktivitas fisik berlebihan yang dilakukan oleh para jamaah, padahal di satu sisi kondisi tubuh jamaah tidak mendukung. “Utamanya setelah puncak ibadah haji di Armina, kondisi jamaah menurun seiring dengan aktivitas fisik yang cukup padat. Namun mereka terkadang memaksakan diri untuk mengerjakan ibadah sunnah seperti umroh sehari sampai dua kali sehari,” jelasnya.

Menurut Edy, kondisi tubuh tetap membutuhkan pemulihan setelah melakukan aktivitas fisik dan fakta ini yang kadang tidak disadari oleh jamaah. Jamaah tetap memaksakan diri melakukan aktivitas di luar pondokan. Akibatnya kondisi tubuh mereka drop dan menuju titik kritis yang mengancam jiwa. “Kami berharap jamaah bisa mengukur kemampuan diri dan jangan banyak melakukan aktivitas di luar pondokan,” katanya.

Sebenarnya ada kiat manjur agar jamaah usia lanjut maupun yang masih muda dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat dan sehat serta dapat berkumpul kembali bersama keluarga di Tanah Air. Salah satu kuncinya adalah isirahat yang cukup, makan makanan dan minum minuman bergizi serta hindari stres.

Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Mekah dr Thafsin Alfarisi, mengatakan jamaah haji usia lanjut dan masuk golongan Risti atau risiko tinggi diingatkan untuk menjaga kondisi tubuh dengan cara tidak memaksakan diri menjalankan ibadah sunah yang justru membuat fisiknya letih. “Mereka diharapkan bisa mengukur kemampuan diri sendiri dan jangan banyak melakukan aktivitas di luar pondokan,” kata Alfarisi.

Dikatakannya, faktor kelelahan pasca pelaksanaan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) menjadi salah satu penyebab banyaknya jamaah yang wafat karena kegiatan tersebut memang membutuhkan tenaga banyak. Usai melakukan ibadah di Armina, banyak jamaah usia lanjut yang tetap memaksakan diri melakukan ibadah di luar pondokan, padahal kondisi fisik sesungguhnya masih letih. “Sebaiknya jamaah yang masuk golongan risiko tinggi mengurangi aktivitas di luar pondokan, seperti memaksakan diri ibadah di Masjidil Haram,” katanya.

Dia sesungguhnya tidak melarang dan bisa memahami keinginan jamaah yang ingin beribadah di Masjdil Haram. Tapi hendaknya mereka juga bisa mengukur kemampuan fisiknya diri sendiri. Banyaknya haji yang wafat dan kelelahan hingga harus dirawat di BPHI dan RSAS, katanya, juga disebabkan penyakit bawaan yang dibawa dari Tanah Air saat akan menjalankan ibadah haji.

Diingatkan pula bahwa melaksanakan haji selain merupakan ibadah tapi juga merupakan kegiatan fisik yang melelahkan, sehingga jamaah bisa mengatur kondisi masing-masing. “Istirahat cukup dengan cara tidur serta makan dan minum bergizi merupakan cara untuk jaga stamina tubuh,” katanya.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya