SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Buku sekolah elektronik telah di pasarkan 2008, tapi terasa memudar. Oleh karena itu ada baiknya kita ungkap kembali secara komprehensif. Buku Sekolah Elekronik (BSE) atau e-Book merupakan salah satu macam pengadaan sarana pendidikan oleh Depdiknas menggunakan elektronik.

Untuk membahasnya ditinjau dari beberapa dimensi. BSE disediakan untuk siswa SD, SMP, SMA dan SMK Di Jakarta, BSE ini telah diusung dan dipasarkan secara bebas dengan harga resmi Rp.8.000,-/biji, dari harga pasar buku- buku SD sekitar Rp30.000,-/biji. Hak cipta penulis telah dibeli oleh Depdiknas, masyarakat bebas dari pembelian hak cipta, sehingga bila diakses harganya menjadi lebih murah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Saya melihat bahwa penyebaran pengadaan BSE ini belum merata, contoh untuk SD dari 18 judul buku, 7 buku Bahasa Indonesia, 5 buku Matematika dan 6 buku IPA. Untuk SMP, dari 15 buku, 13 buku Bahasa Indonesia dan 2 buku Matematika. Untuk SMA, dari 15 buku, 9 buku Bahasa Indonesia dan 6 buku Matematika. Sementara, beberapa dimensi manfaat dan problema yang dapat diangkat ialah: BSE dari perkembangan teknologi, peluang akses BSE, dampak peluncuran BSE dan alternatif pemecahan adanya BSE.

Saya rasa, tindakan Depdiknas menggunakan BSE sebagai salah satu sarana pendidikan merupakan suatu kearifan global teknologis. Suatu pengembangan program yang termasuk pengembangan dari e-learning dalam pengadaan sarana pendidikan. Dari tinjauan itu, maka ebook merupakan wujud pendidikan kita “gaul” dengan pendidikan internasional. Kita mengikuti perkembangan zaman. Meskipun program ini menjumpai banyak kendala.

Di zaman teknologi sejauh mungkin kita mampu mengikuti dan memanfaatkan teknologi. Kita ikuti serta menggunakan teknologi sebagai sarana kehidupan kita. Sehingga kendala yang kita hadapi akibat penggunaan teknologi ini adalah (1) terhadap orang yang gagap teknologi, dan (2) daerah yang belum dapat digunakan untuk penerapan teknologi elektronik. Persoalan yang paling mendasar dengan diluncurkannya teknologi BSE adalah dapatkah BSE itu diakses oleh semua orang atau siswa dan oleh semua daerah dan sekolah di negara kita?. Kemampuan mengakses BSE ini tergantung pada tiga hal;

Pertama, dengan meluasnya kepemilikan dan kemampuan teknologi komputer bagi SDM masyarakat. Kedua, keberadaan sarana penunjang di daerah, serta ketiga adalah keberadaan dan penggunaan sarana komputer di sekolah. Dengan belum meratanya adopsi teknologi elektronik bangsa kita dan belum meratanya pembangunan fi sik di negara kita, maka muncul pertanyaan “Peluncuran teknolgi BSE untuk bangsa kita kali ini realistik ataukah sekadar politis?”.

Memang kota besar dan sebagian anggota masyarakat telah mampu mengakses teknologi elektronik ini, tapi bila dihitung jumlahnya yang mampu mengakses teknologi elektronik ini belum banyak. Di kotapun orang-orang yang menguasai teknologi elektronik terbatas. Berdasarkan pertimbangan ini, maka peluncuran BSE belum dapat diakses oleh kebanyakan orang, yang artinya kemanfaatannya belum mencapai sasaran. Ada pengalaman seseorang yang mengusung BSE dari internet, maka yang dapat diakses hanya halaman judul saja. Dan, pada saat mengakses per bab juga hanya dapat mengusung halaman judulnya.

Sehingga mengusung BSE bagi yang mendalami komputer pun tidak gampang, lebih-lebih bagi yang masih belum menguasai komputer. Di sisi lain mata pelajaran yang di BSE kan itu masih sangat terbatas antara lain ialah IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS dan PKN. Saya berpendapat, apabila peluncuran BSE ini dimaksudkan untuk membuat buku pelajaran menjadi murah, maka akan berdampak menjadi pesaing kepada para penerbit buku pelajaran, menjadi kurang laku dan berdampak pada kekuatan usaha, pengurangan karyawan dan peningkatan pengangguran.

Masalah ini bukan masalah yang kecil, karena dapat menjadi pemicu gangguan keamanan. Karena adanya dampak terhadap peluncuran BSE, maka perlu dipikirkan alaternatif pemecahan, antara lain: BSE tidak untuk diakses oleh semua orang, tapi diusung oleh pengusaha tertentu dan dipasarkan dalam bentuk CD atau buku. Seandainya dalam bentuk CD dapat dijual sekitar Rp5000,-/biji dan dalam bentuk buku dijual Rp8.000,-/biji.

Harga ini dianggap telah murah, sepertiga harga pasar yang sekitar Rp30.000,- /biji Dimungkinkan adanya buku referensi yang dianjurkan digunakan oleh siswa dan sekolah yang diterbitkan secara bebas oleh para pengusaha penerbitan. Pengusaha WARNET/AWARI dalam menanggapi peluncuran BSE ini seharusnya disikapi sebagai peluang untuk mengusung BSE itu menjadi bahan yang dapat diakses langsung oleh siswa atau orang tua atau sekolah berupa CD atau buku. Pemerintah tidak menyajikan BSE ini dalam bentuk elektronik, tapi berupa bahanbahan yang sudah diusung dalam bentuk CD atau buku, dan dibagikan gratis pada siswa atau sekolah.

Bentuk-bentuk elektronik dipersilahkan dimanfaatkan oleh masyarakat yang daerah dan SDM nya telah mampu mengaksesnya. Sehingga Pemerintah tidak ketinggalan terhadap kemajuan teknologi di satu pihak, dan di pihak lain masyarakat dapat menggunakan produk-produk Depdiknas sesuai tujuannya. Saya kira, berdasarkan tinjauan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peluncuran BSE ini untuk masyarakat Indonesia saat ini masih dihadapkan pada berbagai kendala, sehingga belum dapat diangkat esensinya sesuai dengan tujuan.

BSE bermanfaat bagi yang dapat mengaksesnya, dan tidak bermanfaat bagi yang belum dapat mengaksesnya. Berarti perlu dilakukan tindakan lanjut agar maksud dan tujuan diluncurkan BSE ini dapat dicapai pada realitanya. Jenis buku yang di BSE kan, menurut saya, seyogyanya didesain dengan terencana, tidak hanya tergantung kepada masuknya dari pengarang, tetapi disengaja dirancang oleh Depdiknas, dengan mengundang para penulis akademik untuk menulis buku yang diharapkan Depdiknas, sehingga diperoleh jenis dan jumlah buku elektronik yang diharapkan dan juga diperoleh kualifi kasi tulisan yang secara akademik dapat dipertanggung jawabkan.

Dan, yang lebih penting lagi, saya kira adalah bila BSE dilanjutkan maka seberapa jauh hambatan-hambatan teknis yang merintangi pemanfaatan BSE seperti yang dijelaskan di atas, dapat diupayakan untuk diatasi. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya