SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji kemasan tabung kapasitas 3 kg (JIBI/Solopos/Dok.)

Pertamina Jateng-DIY meminta pemerintah daerah mengetatkan pengawasan distribusi elpiji bersubsidi.

Semarangpos.com, SEMARANG — PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengakui menerima keluhan masyarakat di sejumlah wilayah terkait kelangkaan elpiji bersubsidi. Atas dasar itu, Pertamina Jateng-DIY meminta pemerintah daerah memperketat pengawasan distribusi elpiji kemasan tabung isi 3 kg itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Beberapa pekan belakangan, kami mendapatkan banyak pengaduan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kg,” ungkap Area Manager Communication and Relation Pertamina MOR IV Jateng-DIY Andar Titi Lestari di Semarang, Senin (28/8/2017).

Sulitnya mendapatkan elpiji bersubsidi itu, kata dia, dilaporkan terjadi di berbagai daerah di Jateng dan DIY sehingga langsung ditindaklanjuti Pertamina dengan menambah pasokan elpiji 3 kg. Bahkan, kata dia, operasi pasar elpiji 3 kg juga sudah dilakukan Pertamina Jateng-DIY di Solo, kemudian Boyolali juga dilakukan sampai di 11 titik dengan jumlah dua leading order (LO) di setiap titiknya.

“Satu LO itu jumlahnya 560 tabung. Tinggal dikali saja, berarti, 560 dikali dua, dikali 11 titik. Itu di Boyolali. Namun, ‘report’ di lapangan keterserapannya ternyata cuma 30 persen,” katanya.

Di sisi lain, ia menyebutkan realisasi distribusi elpiji 3 kg selama periode Januari-Juli juga sudah berlebihan, yakni 593.384 metrik ton, dari target alokasi periode itu sebanyak 588.655 metrik ton. Oleh karena itu, kata dia, distribusi elpiji bersubsidi harus diawasi ketat, terutama oleh pemda agar tepat sasaran, yakni untuk masyarakat tidak mampu, rumah tangga, dan usaha kecil menengah (UKM).

“Kami sudah bertemu dengan kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Solo dan Boyolali. Ya, memang ada sejumlah indikator kenapa elpiji sampai sulit didapatkan masyarakat,” katanya.

Pertama, kata dia, adanya peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap elpiji, kemudian peningkatan penduduk di beberapa daerah yang menyebabkan kebutuhan elpiji juga mengalami kenaikan. “Pada musim kemarau seperti ini, UKM dan ‘home industry’ di beberapa daerah justru bertumbuh, seperti industri keripik. Artinya, konsumsi elpiji bersubsidi juga meningkat,” kata Andar.

Akan tetapi, kata dia, ada pula alih fungsi peruntukan elpiji bersubsidi kepada mereka yang seharusnya tidak berhak yang menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan elpiji 3 kg. “Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 36/2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquid Petroleum Gas (LPG), kan sudah jelas peruntukannya bagi masyarakat tidak mampu, rumah tangga, dan UKM,” katanya.

Ia mengatakan pihaknya terus mengkampanyekan dan edukasi mengenai peruntukan penggunaan elpiji bersubsidi agar bisa dinikmati oleh mereka yang berhak dan tidak salah sasaran. “Seperti di beberapa daerah, peruntukannya malah ke pertanian dan peternakan. Ini kan salah sasaran, semestinya dikhususkan masyarakat tidak mampu, rumah tangga, dan UKM,” pungkasnya.

Sementara itu, Asisten External Relation Pertamina MOR IV Jateng-DIY Muslim Darmawan menyebutkan realisasi penyaluran elpiji 3 kg selama 2016 mencapai sebesar 976.445 metrik ton. “Pada tahun ini, hingga periode Juli 2017 sudah mencapai 593.384 metrik ton. Ada peningkatan sekitar 0,8 persen dari target alokasi. Jadi, semestinya tidak terjadi kelangkaan,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya