SOLOPOS.COM - Warga Lingkungan Sukorejo, Kelurahan Giritirto, Wonogiri, antre membeli elpiji 3 kg dalam operasi pasar yang digelar Hiswana Migas Soloraya di lingkungan tersebut, Rabu (29/4/2015). (Muhammad Ismail /JIBI/Solopos)

Kelangkaan elpiji diatasi salah satunya dengan menggelar operasi pasar.

Solopos.com, WONOGIRI – Kepala Bidang Elpiji 3 Kilogram Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hismawa Migas) Soloraya, Budi Prasetyo menegaskan kuota tabung ke Wonogiri pada Mei tahun ini sudah naik 4% dibanding jatah biasanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Untuk diketahui, kuota per bulan Wonogiri adalah 429.444 tabung per bulan. Jika bertambah 4% atau sebanyak 17.177 tabung maka jumlah tabung gas elpiji melon di Wonogiri per bulan sebanyak 446.621 tabung.

Penambahan akan dilakukan lagi pada awal Juni mendatang. Tambahan di bulan Juni mencapai 7% dari kuota sebelumnya.

“Kami sendiri heran, kenapa ada kelangkaan elpiji. Padahal pesanan dari masing-masing agen sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan. kekurangan pasokan elpiji terjadi di mana-mana walau distribusi berjalan lancar,” ujar Budi Prasetyo saat dihubungi , Kamis (21/5/2015).

Budi menduga kekurangan elpiji di lapangan disebabkan banyak faktor. Budi menduga beberapa faktor itu di antaranya migrasi dari elpiji 12 kilogram ke elpiji melon, perubahan tradisi warga desa dari kayu bakar atau minyak tanah ke gas.

“Prakiraan penyebab itu masih bersifat praduga-praduga tetapi memang di lapangan masyarakat sulit mendapatkan elpiji melon. Mei, kuota elpiji melon ke Wonogiri sudah ditambah 4% dari kuota bulan sebelumnya,” kata dia.

Budi mengatakan penambahan kuota akan dilakukan lagi pada Juni, awal Ramadan dan Lebaran.

“Penambahan kuota di Juni bisa mencapai 7% dan di awal Ramadan penambahan kuota akan disesuaikan dengan permintaan pasar. Awal Ramadan dan Lebaran merupakan hari-hari fluktuatif penggunaan elpiji,” kata dia.

Lebih lanjut Budi menjelaskan, Pemkab Wonogiri sudah mengajukan penambahan kuota hingga 15%.

Kepala Disperindagkop dan UMKM Wonogiri, Guruh Santoso menduga, kekurangan elpiji di lapangan dikarenakan booming migrasi elpiji 12 kg ke 3 kg.

“Pemilik warung makan yang biasa membutuhkan tiga tabung gas elpiji sejak kenaikan elpiji 12 kg berpindah ke elpiji melon. Pemakaian elpiji melon di warung-warung makan tidak bisa dipungkiri karena regulasi belum jelas. Berbeda dengan regulasi pupuk dan BBM,” jelas dia.

Lebih lanjut mantan Kepala Dispertan dan TPH Wonogiri itu menyatakan, regulasi di BBM, semua industri menggunakan BBM industri. Jika pemilik industri nekat menggunakan BBM bersubsidi, ujarnya, sanksi cukup jelas.

“Demikian juga dengan regulasi pupuk. Selama petani membeli di pengecer resmi harga pupuk sesuai HET,” kata dia.

Guruh menegaskan Pemprov Jateng belum merespons permintaan penambahan kuota tabung yang diajukan Bupati pada 30 April 2015.

“Bupati mengajukan penambahan kuota tabung sebanyak 184.800 tabung per bulan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya