SOLOPOS.COM - Tim dari BPBD Solo dibantu SAR dan warga mengevakuasi jasad Haryadi, warga Punggawan, yang ditemukan tewas di sumur wilayah Jagalan, Jebres, Senin (5/12/2016). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

BPBD Solo mengalami kekurangan personel.

Solopos.com, SOLO — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo kelimpungan dengan keterbatasan personel. Idealnya jumlah personel dibutuhkan 40 orang, sedangkan kondisi sekarang hanya kurang dari separuh terpenuhi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Solo Eko Prajudhy Noor Aly mengatakan jumlah personel BPBD sebelumnya ada 20 orang. Namun satu pegawai memasuki masa pensiun belum lama ini, sehingga jumlah personel tinggal 19 orang.

“Dengan personel itu [19 orang], terpaksa double job. Administrasi iya, lapangan juga iya,” kata Eko ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya, Kamis (16/3/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Keterbatasan personel terjadi setelah unit pemadam kebakaran (Damkar) lepas dari BPBD dan membentuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mandiri bernama Dinas Pemadam Kebakaran per 1 Januari lalu. Hal inipun berdampak pada pembagian personel sebagian tetap di BPBD dan lainnya ke Dinas Pemadam Kebakaran.

“Tahun lalu kami usulkan merekrut TKPK [tenaga kontrak dengan perjanjian kerja] 15 orang. Tapi hanya dipenuhi tiga orang,” kata dia.

Di tahun ini, pihaknya berencana mengajukan kembali perekrutan TKPK sebanyak 12 orang. Harapannya penambahan tenaga kerja ini bisa direalisasikan sehingga mampu mengoptimalkan pelayanan BPBD.

Selama ini, kata dia. BPBD dibantu tim sukarelawan dalam setiap penanganan kebencanaan sehingga bisa ditangani dengan cepat dan tanggap. “Kalau tidak ada relawan ya kami keteteran. Bayangkan saja, itu jumlah personel hanya 19 orang,” kata dia.

Kondisi sama disampaikan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Gatot Sutanto. Selain kekurangan puluhan personel, juga masih kekurangan mobil pemadam. Hingga saat ini baru memiliki kurang dari 100 personel, padahal jumlah ideal harus ada 110 personel. Dari jumlah tersebut, 63 di antaranya petugas dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 30 orang TKPK.

“Idealnya satu petugas Damkar mengampu 5.000 penduduk Solo. Sekarang 93 personel, sedangkan penduduk ber-KTP Solo sekitar 550.000 jiwa. Jadi sangat kurang,” katanya.

Gatot mengatakan tetap mengoptimalkan jumlah petugas yang ada. Meski potensi kebakaran di Solo cukup tinggi lantaran merupakan kota dengan jumlah penduduk terpadat di Jawa tengah.

Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo telah meminta Dinas Pemadam Kebakaran memetakan kawasan padat penduduk dengan potensi kebakaran tinggi. Hal ini untuk memudahkan penanganan kebakaran.

“Selain personel kami juga masih kekurangan mobil unit pemadam kebakaran,” katanya.

Dari 13 unit yang ada, dia menambahkan kondisinya sudah uzur karena merupakan buatan 1970-an. Dari 13 unit itu, hanya lima unit mobil pemadam yang optimal beroperasi, sedangkan sisanya biasanya hanya digunakan untuk pemasok air.

“Kami juga membutuhkan pompa portable yang dapat digunakan untuk pemadaman pemukiman padat yang tidak terjangkau mobil damkar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya