SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Empat sekolah dasar negeri (SDN) di Sragen terpaksa ditutup pada tahun ini karena kekurangan murid. Empat sekolah itu berada di daerah pinggiran.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen akan memindahkan siswa yang tersisa di empat sekolah tersebut ke sekolah lain yang jaraknya paling dekat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kabid Pembinaan SD Disdikbud Sragen, Hadi Sutopo, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Senin (5/8/2019), menyampaikan empat SD itu tidak mendapat siswa baru karena tidak ada anak usia SD di lingkungan sekolah setempat.

Dia menyampaikan pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2019 pun empat SD itu bahkan tidak membuka pendaftaran. Keempat SD tersebut yakni SDN 1 Sidoharjo di Kecamatan Sidoharjo, SDN 2 Jetiskarangpung di Kecamatan Kalijambe, SDN 2 Bagor di Kecamatan Miri, dan SDN 3 Gesi di Kecamatan Gesi, Sragen.

Surat Keputisan (SK) regrouping sekolah-sekolah tersebut diterbitkan tahun ini. Siswa dari SDN 1 Sidoharjo digabung ke SDN 2 Sidoharjo. Siswa dari SDN 2 Jetiskarangpung digabung ke SDN 1 Jetiskarangpung.

Demikian pula siswa SDN 2 Bagor digabung ke SDN 1 Bagor. Siswa SDN 3 Gesi dipindah ke SDN 2 Gesi. “Guru-gurunya nanti ditempatkan di sekolah lain karena selama ini kami kekurangan guru SD,” ujarnya.

Sutopo menyampaikan kebijakan regrouping untuk SDN 3 Gesi itu sebenarnya hendak dilakukan pada 2018 lalu tetapi ada penolakan dari warga setempat. Sutopo menjelaskan soal ketentuan bila jumlah siswa SD kurang dari 50 orang tidak akan diberi bantuan operasional sekolah (BOS).

Kalau ketentuan itu diberlakukan, seluruh operasional sekolah yang jumlah siswanya kurang dari 50 anak harus ditanggung masyarakat. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, kata Sutopo, akhirnya warga bisa menerima kebijakan regrouping.

Sutopo mulai melakukan pemetaan SD di Sragen yang berpotensi digabung dengan sekolah lain karena jumlah siswanya kurang dari 50 orang. Dia akan mendata sekolah-sekolah tersebut mulai 2019.

“Lebih sedikit sekolah dengan mutu bagus lebih baik daripada banyak sekolah tetapi kekurangan siswa. Regrouping itu juga menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kekurangan guru SD di Sragen. Tahun ini, kami petakan sekolah-sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 50 orang,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya