SOLOPOS.COM - Puluhan siswa kelas III SDN Mijipinilihan terpaksa berdesak-desakan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas mereka, Rabu (6/2/2013). Kekurangan tenaga guru membuat seluruh siswa kelas III yang berjumlah 69 anak disatukan di dalam satu kelas. (JIBI/SOLOPOS/Shoqib Anggriawan)

Puluhan siswa kelas III SDN Mijipinilihan terpaksa berdesak-desakan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas mereka, Rabu (6/2/2013). Kekurangan tenaga guru membuat seluruh siswa kelas III yang berjumlah 69 anak disatukan di dalam satu kelas. (JIBI/SOLOPOS/Shoqib Angriawan)

SOLO – Lantaran kekurangan guru, sebanyak 69 siswa kelas III di SDN Mijipinilihan, Joyotakan, Serengan, Solo, terpaksa harus belajar berdesak-desakan di dalam satu kelas. Kepala sekolah setempat mendesak pemerintah segera menambah jumlah guru di sekolah yang mengalami regrouping pada September tahun lalu itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala SDN Mijipinilihan, Joyotakan, Sarjito, mengungkapkan saat ini jumlah guru dan karyawan ada sebanyak 22 orang. Jumlah tersebut terdiri dari sembilan guru PNS, 11 guru wiyata bakti (WB) dan dua karyawan. Padahal tidak semua guru WB di sekolah tersebut hadir untuk mengajar setiap hari. “Kami sudah lapor untuk mengajukan permohonan tambahan guru beberapa waktu lalu,” katanya, Rabu (6/2/2013). Meski demikian, pengajuan guru tersebut hingga saat ini belum terealisasi.

Ekspedisi Mudik 2024

Jumlah siswa di SDN Mijipinilihan tersebut ada 354 orang. Sekolah yang terletak di perbatasan Grogol, Sukoharjo dengan Serengan, Solo tersebut adalah hasil regrouping SDN Plalan 1 dan SDN Plalan 2, Joyotakan, Serengan. Dia mengaku sudah mengonfirmasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kecamatan Serengan dan tanggapannya karena masih dalam proses. “Mungkin terbentur masalah mekanisme yang tidak mudah. Menurut UPTD juga masih diproses Disdikpora Kota Solo,” ujarnya.

Dia mendesak Disdikpora Kota Solo untuk segera menambah guru di sekolahnya. Setidaknya, ada tambahan guru PNS sebanyak tiga hingga empat orang. Dia memberikan contoh siswa kelas II dan III yang overload akibat jumlah siswa dalam satu kelas lebih dari 50 siswa. Pemisahan menjadi dua kelas juga tidak mungkin dilakukan akibat kurangnya guru di sekolah tersebut. “Untuk kelas IV, V dan VI sudah dijadikan dua kelas,” imbuhnya.

Sementara itu, guru kelas III SDN Mijipinilihan, Sri Wiryanti, mengaku awalnya memang susah mengatur sebanyak 68 siswa dalam satu kelas. “Pada awalnya sedikit repot, tapi sebagai guru ya saya harus terima dan laksanakan tugas meski kelasnya jadi ramai,” ungkapnya.

Siswa kelas III, Daniel Dewangga, mengaku tidak nyaman ketika harus belajar di kelas yang overload. “Jadi tidak nyaman belajar karena sangat ramai di kelas, padahal sudah duduk di bangku paling depan,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu orang tua siswa, Ariyani, juga mengatakan dengan overload-nya siswa dalam satu kelas bisa membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar. “Siswa kurang dari 40 orang menurut saya tidak masalah, namun lebih dari itu akan membuat pembelajaran jadi tidak efektif,” kata Ariyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya