SOLOPOS.COM - Kepala SDN Purwosuman 1, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sri Lestari (kanan) mengajar siswa kelas V sekolah setempat, Senin (4/2/2013). Dia terpaksa mengajar di kelas karena ketiadaan tenaga guru kelas. (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Kepala SDN Purwosuman 1, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sri Lestari (kanan) mengajar siswa kelas V sekolah setempat, Senin (4/2/2013). Dia terpaksa mengajar di kelas karena ketiadaan tenaga guru kelas. (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

SRAGEN – Kekurangan guru kelas terjadi di sejumlah SD di Sragen. Akibatnya kepala sekolah setempat pun terpaksa terjun langsung mengajar di kelas. Hal ini antara lain terjadi di SDN Purwosuman 1, Kecamatan Sidoharjo, Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala SDN Purwosuman 1, Sri Lestari, mengungkapkan sejak 2005 sekolah yang ia pimpin selalu kekurangan guru kelas berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Kondisi paling parah dialami tahun 2012. Saat itu, hanya ada dua guru kelas berstatus PNS. “Karena kekurangan empat guru kelas, padagal guru wiyata bakti [WB] hanya ada tiga, saya mengajar full di kelas,” jelasnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Demi meningkatkan kualitas siswa, Lestari mengajar siswa kelas IV, V atau VI. Guru WB ia minta mengajar siswa kelas I, II dan III. Tak hanya mengajar, sore hari Lestari masih menyempatkan waktunya untuk memberikan les tambahan bagi siswa kelas VI. Akibatnya, Lestari mengaku tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai kepala sekolah secara optimal. Jika ada rapat-rapat dinas, Lestari sering izin dengan alasan mengajar. “Orang dinas karena sudah tahu sekolah saya kekurangan guru, mereka mengizinkan. Bagi saya, siswa lebih penting,” ujarnya.

Namun, hal itu bukan berarti membuat Lestari meninggalkan tugas sebagai kepala sekolah. Jika tidak menghadiri rapat, ia meminta informasi hasil rapat kepada temannya atau pejabat di Dinas Pendidikan. Tak ayal, peran gandanya sebagai kepala sekolah dan guru, menyita cukup banyak waktunya. Setelah sekian lama meminta penambahan guru kepada Dinas Pendidikan, sekitar sebulan lalu, baru dikabulkan. Namun, sekolahnya masih tetap kekurangan tiga guru kelas berstatus PNS karena hanya ada penambahan satu guru. “Jadi sejak sebulan lalu saya tidak lagi mengajar full di kelas. Adanya guru WB sangat membantu kami. Tapi karena setiap Senin dan Kamis ada salah satu guru yang izin, saya yang mengajar, seperti sekarang ini,” ungkapnya.

Lestari berharap pemerintah bisa segera memenuhi kekurangan guru kelas berstatus PNS di sekolah yang ia pimpin. Harapannya, pembelajaran berjalan lebih optimal.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan Kecamatan Sidoharjo, Effendi Darmono, mengungkapkan saat ini ada tiga SD di Kecamatan Sidoharjo yang kekurangan guru kelas sampai tiga orang. Yaitu SDN Purwosuman 1, SDN Bentak 2 dan SDN Pandak 1. Sebagai salah satu solusi, kepala sekolah terpaksa harus mengajar full di kelas. Karena kepala sekolah sering dituntut melaksanakan pekerjaan lainnya dan mengikuti rapat, kepala sekolah diminta mengajar kelas bawah seperti kelas I, II dan III. “Selain itu, sekolah juga bisa meminta bantuan guru WB kategori II atau guru WB yang sudah mendapatkan honor dari pemerintah,” jelasnya.

Lestari menerangkan, guru WB yang bertugas di sekolahnya, selama ini mendapatkan tunjangan dari provinsi senilai Rp840.000/tiga bulan, tunjangan dari kabupaten Rp1,4 juta/tahun dan ada tambahan honor dari sekolah yang diambilkan dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya