SOLOPOS.COM - Timnas Indonesia

Kuhargai itu semangat dan perjuanganmu
Demi satu rasa jadilah timnas juara
Merah Putih kan jadi warna simbol pemersatu
Di sini kami berpijak
Napas kami untuk kamu

Yel-yel terbaru Timnas Garuda yang terdengar saat menonton pertandingan leg kedua semifinal antara Indonesia melawan Singapura tersebut selalu terngiang. Pertandingan itu berlangsung penuh drama, melebihi drama Korea (drakor) atau serial di Netflix sekalipun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketika wasit Qasim Matar Ali Al Hatmi asal Oman meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan, seketika jantung berdegup stabil kembali. Jiwa ini mulai bisa tenang. Indonesia berhasil memenangi pertandingan dengan skor 4-2 dan berhak lolos ke final piala AFF untuk kali keenam.

Kemenangan itu terasa sangat manis karena timnas bisa lolos ke final dengan mengalahkan Singapura yang bertindak sebagai tuan rumah. Apalagi Singapura yang tentu saja didukung ribuan pendukung. Warga Singapura hadir langsung ke stadion nasional.

Pendukung Singapura yang tak henti-hentinya bernyanyi bahkan nyanyiannya semakin keras ketika di menit 90 membuat Singapura mendapat hadiah penalti yang seharusnya menjadi jalan mereka untuk lolos ke final. Namun, aksi heroik Nadeo Argawinata berhasil menggagalkan tendangan penalti dan gol bunuh diri Shawal Anuar, serta gol dari tendangan Egy Maulan Vikri. Nadeo berhasil memutuskan jalan Timnas Singapura untuk lolos ke babak final piala AFF.

Timnas akhirnya bisa lolos ke final. Walau permainannya dinilai tidak terlalu baik serta ada faktor keberuntungan, namun kemenangan tersebut tetap harus disyukuri.

Senang rasanya melihat anggota timnas bisa bermain dengan kompak, bahu-membahu, dan akhirnya mampu meraih kemenangan. Senang rasanya melihat mereka saling bekerja sama tanpa melihat dari klub dan daerah asal, agama apa yang dianut. Semua itu menimbulkan rasa haru. Kekompakan itu sangat menggambarkan wajah Indonesia secara keseluruhan. Harmoni keberagaman yang selama ini kita idamkan bersama.

Mari bersepakat bahwa Indonesia tidak hanya terdiri atas satu macam suku dan agama. Sejak proses kemerdekaan bangsa ini, semua suku, ras, dan berbagai pemeluk agama mempunyai peranan masing-masing.

Hal itu terbukti dari latar belakang para pendiri republik ini yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa, agama, hingga warna kulit. Mereka semua sepakat dengan satu nusantara sejak Sumpah Pemuda digelar hingga pada akhirnya Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Keberagaman adalah sebuah modal, sebuah kekuatan bagi bangsa Indonesia.

Tak layak apabila di masa kini masih saja ada konflik yang terjadi karena keberagaman. Sejarah sudah mencatat bahwa para pendiri bangsa telah mencontohkan dengan sangat baik tentang keberagaman yang tidak perlu diributkan. Bahkan, keberagaman bisa menjadi sumber kekuatan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Memang sepakbola Indonesia masih jauh untuk bisa berprestasi di kancah internasional. Berbeda dengan bulutangkis, angkat besi, atau tinju yang sudah sejak lama berprestasi di berbagai kejuaraan bergengsi luar negeri.

Namun, dengan kemenangan kemarin, rakyat Indonesia pantas untuk berharap kembali. Dengan kecepatan dan kengototan Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, dan Witan Sulaiman, lalu permainan tanpa kenal lelah dari Ricky Kambuaya dan Ramai Rumakiek, serta ketenangan dari Evan Dimas, Dewangga,dan Nadeo Argawinata, kita bisa menaruh harapan. Sudah selayaknya Indonesia menjadi juara dan jangan menyerah karena harapan itu masih ada. Keberagaman adalah kekuatan kita.

Penulis adalah guru di SMAN Kerjo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya