SOLOPOS.COM - Seorang warga menghidupkan panel Luweng Songo di Sumberagung, Pracimantoro, Wonogiri, Jumat (29/9/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Warga Pracimantoro, Wonogiri, harus berjalan sejauh 5 km untuk mencuci pakaian di kali.

Solopos.com, WONOGIRI — Bantuan air bersih terus berdatangan ke wilayah Wonogiri selatan yang dilanda kekeringan seperti Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro. Namun untuk sejumlah keperluan seperti mencuci pakaian, warga harus bekerja keras.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga Dayakan, Desa Joho, Partono, 80, menyampaikan selama musim kemarau ini, dia menghabiskan sekitar 11 tangki isi 5.000 liter air selama empat bulan untuk tujuh orang. Saat itu dia membeli air tangki sendiri dengan harga kisaran Rp110.000-Rp120.000/tangki.

Dia bersyukur selama sepekan ini hujan mengguyur di desanya sehingga penampungan air hujan (PAH) miliknya penuh. Bantuan air juga masih berdatangan. “Banyak bantuan air yang datang beberapa hari lalu, tetapi sekarang malah sudah hujan,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (29/9/2017).

Sementara warga Joho lainya, Sukatmi, 54, pada musim kemarau menghabiskan sembilan tangki. Air tangki itu ia pakai sehemat mungkin.

“Saya harus menumpuk cucian sampai dua pekan karena untuk mencuci di Kali Praci jaraknya jauh, sekitar 5 km,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Desa Joho, Irma Indari Putri, berharap bantuan yang disalurkan bukan hanya air, melainkan peralatan yang bisa menyelesaikan masalah. Dia mencontohkan bantuan yang bersifat penyelesaian masalah misalnya pengangkatan air dari Luweng Songo di Sumberagung menuju ke Joho.

“Apalagi sudah lima hari ini hujan terus di sini. Kami berharap agar tahun depan kekurangan air bersih tidak terjadi lagi,” ucapnya.

Camat Pracimantoro, Warsito, menyampaikan PGRI Provinsi Jawa Tengah menyalurkan 30 tangki air untuk wilayah Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro, Jumat sore. Dia mengungkapkan bantuan air masih tetap diterima untuk mengantisipasi jika tidak terjadi hujan.

Meski begitu, dia menegaskan penyelesaian krisis kebutuhan air bersih di wilayah Pracimantoro harus memfokuskan pada solusi permanen yakni penyedotan dari sumber air. Dia menyebut Luweng Songo bakal dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air seperti di Joho, Petirsari, dan Gambirmanis.

Selain Luweng Songo, Desa Sumber Agung juga memiliki sumber air lainnya yakni Luweng Gua Paseban. “Saat ini, Luweng Songo sudah sampai satu dusun di Petirsari. Kalau Sumberagung sudah mencukupi karena punya dua sumber mata air,” ujarnya.

Menurutnya, Luweng Songo yang memiliki debit air 22 liter/detik, cukup disedot 2 liter/detik untuk wilayah Sumberagung. Tahun depan diharapkan pengangkatan air tersebut bisa mencapai desa-desa lain sehingga tidak terjadi krisis air bersih lagi.

“Semoga tahun ini, tahun terakhir terjadi krisis air bersih di Pracimantoro,” kata dia.

Pemkab Wonogiri menganggarkan dana perbaikan Luweng Songo senilai Rp1 miliar. Dana tersebut diprioritaskan untuk pembenahan jaringan kabel.

“Pak Bupati sudah sempat menyusuri luweng. Beliau menginginkan penyelesaian permanen untuk kekeringan yang sering terjadi di Wonogiri,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya