SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/HARJO)

Ilustrasi (JIBI/HARJO)

WONOGIRI – Seusai digelar Salat Istisqa beberapa waktu lalu di empat kecamatan, sejumlah wilayah di Wonogiri selatan mulai turun hujan. Tapi, belum deras dan merata sehingga di wilayah tersebut masih dilanda kekeringan. Selain mengandalkan bantuan air dari berbagi pihak, mereka juga melakukan berbagai upaya untuk memperoleh air bersih dan menghemat air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Upaya yang dilakukan masyarakat untuk mencari sumber air berupa menggali tanah di tegalan milik warga seperti di Desa Tlogoharjo, Kecamatan Giritontro. “Dua pekan lalu, ada salah satu warga yang menggali ladangnya untuk mencari sumber air. Kata orang yang tahu sumber air, di lokasi itu ada sumber air dengan debit cukup besar. Tapi, setelah digali sedalam dua meter, baru ada sedikit air,” kata Camat Giritontro, Joko Waluyo, saat dihubungi Espos, Minggu (14/10/2012).

Ia menambahkan, warga tersebut kemudian berencana mengebor lokasi galian itu. Tapi, hingga saat ini belum dilakukan karena masih menunggu adanya biaya.

Selain itu, ada juga warga yang menghemat air dengan cara mendaur ulang atau menggunakan air sebanyak dua kali yakni untuk mandi dan membersihkan kotoran saat buang air besar. Hal itu terjadi di Desa Ngargoharjo. “Hal itu biasa dilakukan warga di wilayah kami, karena mereka benar-benar kesulitan air. Jadi, air yang digunakan setelah mandi ditampung lagi untuk membersihkan kotoran saat buang air besar. Bagaimana lagi, lha kepepet,” ujar Joko.

Selain itu, warga di wilayahnya juga banyak yang menjual kambing untuk membeli air bersih. Sebab, untuk konsumsi, warga tetap menggunakan air  bersih yang terpaksa harus membeli dengan harga yang cukup tinggi yakni Rp90.000-130.000/tangki berisi 6.000 liter.

Sebenarnya, lanjut dia, aliran air PDAM sudah menjangkau tiga dusun di Desa Ngargoharjo. Tapi, menurut Joko, warga masih enggan memanfaatkan air PDAM. Saat ini, dari total sekitar 150 KK di tiga dusun, yang telah berlangganan PDAM hanya 10 KK.

“Mungkin warga masih takut biaya langganannya mahal. Mereka lebih memilih yang gratis berupa air hujan yang telah ditampung di bak-bak. Mungkin perlu sosialisasi terkait biaya itu sehingga masyarakat mau menggunakan air dari PDAM. Apalagi saat kemarau seperti ini yang sangat membutuhkan air,” imbuhnya.

Di sisi lain, bantuan air bersih masih terus mengalir ke Wonogiri selatan. Pihak Kecamatan Karangtengah mengirim 25 tangki ke Kecamatan Giritontro. Camat Karangtengah, Hery Indrastiyono, mengatakan bantuan itu hasil dari iuran semua perangkat desa dan pegawai di kecamatan yang terkumpul Rp2,5 juta. Bantuan telah diserahkan pada Rabu (10/10/2012).

Sedangkan sebanyak 30 tangki air bersih bantuan dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Jogjakarta di Wonogiri disalurkan ke tiga kecamatan di wilayah Wonogiri selatan pada Sabtu (13/10/2012).
“Bantuan air ini kami distribusikan ke Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro dan Giritontro sebanyak dua tahap. Bantuan ini berasal dari iuran anggota Kagama Wonogiri saat halal bihalal beberapa waktu lalu,” kata Ketua Kagama Wonogiri, Sri Wiyoso, Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya