SOLOPOS.COM - Beras merah (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kekeringan Wonogiri membuat petani memiih untuk menanam beras merah.

Solopos.com, WONOGIRI — Beras merah menjadi andalan bagi warga Pracimantoro menghadapi musim kemarau. Selain bisa tetap tumbuh meski minim air, harga beras merah juga lebih tinggi dibandingkan beras putih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Kepala Desa Petirsari, Pracimantoro, Widodo, tanaman padi jenis beras merah merupakan andalan masyarakat setempat. Hal itu karena tanaman tersebut tetap bisa bertahan pada kondisi krisis air.

“Kalau padi biasa, ketika sudah ditanam, kemudian tidak mendapat cukup air, maka tidak bisa panen. Tapi kalau beras merah, tetap bisa,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu (23/8/2015).

Pertimbangan itu membuat para petani di Petirsari lebih memilih menanam padi beras merah daripada jenis lainnya. “Kalau di sini [Petirsari] semua [sawah] ditanami beras merah,” imbuh Widodo.

Dia menerangkan warga Petirsari mengonsumsi beras merah. Beras tersebut menjadi pengganti beras putih sebagai makanan pokok. Dengan demikian, meskipun harga beras merah lebih tinggi, saat musim kemarau petani biasanya tidak menjual beras merah.

Masyarakat hanya akan menjual beras merah jika kebutuhan untuk rumah tangga sudah tercukupi. “Biasanya hasil panen saat ini tidak akan dijual sampai masa panen berikutnya. Kalau benar-benar ada yang sisa pada masa panen berikutnya baru mereka berani menjual,” ujar Widodo.

Melalui cara itu masyarakat tidak khawatir kekurangan pangan saat musim kemarau. Seperti diketahui, wilayah Petirsari dan sejumlah daerah lain di Pracimantoro sisi selatan selalu krisis air bersih saat musim kemarau. Warga harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Solopos.com di sejumlah pasar tradisional, Minggu, harga beras putih sekitar Rp10.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga beras merah sekitar Rp15.000/kg. Dengan kata lain, harga satu kg beras merah cukup untuk membeli 1,5 kg beras putih.

Selain beras merah, ternak kambing menjadi penyelamat warga di daerah kekeringan. Seperti sebagian warga Petirsari dan sekitarnya yang memelihara kambing di rumah masing-masing. Kambing tersebut menjadi tabungan bagi mereka. Saat musim kemarau dan warga tidak lagi memiliki persediaan air bersih, kambing tersebut mereka jual untuk membeli air. “Di sini [Petirsari] ya seperti itu. Biasanya warga menjual kambing untuk beli air,” sambung Widodo.

Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh masyarakat Pracimantoro, Sutrisno. Menurutnya, daerah di Pracimantoro sisi selatan, seperti Petirsari, Gambirmanis, Joho, dan sebagian Watangrejo, merupakan daerah penghasil beras merah. Hasil panennya bukan untuk dijual, tapi untuk persediaan saat musim kemarau.

“Harga beras merah kan lebih tinggi. Kalau ditukar dengan beras putih akan dapat lebih banyak,” kata Sutrisno. Sedangkan terkait ternak kambing untuk tabungan saat kekeringan, dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya