SOLOPOS.COM - Warga terpaksa mencari sisa air di tengah waduk Bentulan, Kradenan, Grobogan untuk kebutuhan sehari-hari Minggu (30/9/2012). Diperkirakan jika tidak turun hujan pada pertengahan Oktober mendatang persediaan air di tempat tersebut akan habis. (Foto: JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu)

Warga terpaksa mencari sisa air di tengah waduk Bentulan, Kradenan, Grobogan untuk kebutuhan sehari-hari Minggu (30/9/2012). Diperkirakan jika tidak turun hujan pada pertengahan Oktober mendatang persediaan air di tempat tersebut akan habis. (Foto: JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu)

WONOGIRI—Warga Kelurahan Bayemharjo, Kecamatan Giritontro mulai menjual ternak mereka menyusul semakin parahnya bencana kekeringan. Langkah itu terpaksa diambil karena mereka membutuhkan dana untuk membeli air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, Lurah Bayemharjo, Dwi Sarwono, mengatakan masyarakat juga mulai kesulitan membeli pakan ternak sehingga bagi mereka tidak ada pilihan lain selain menjual ternak. “Warga lebih memilih menjual ternak untuk membeli air. Selain itu juga menghemat pengeluaran. Apabila mulai turun hujan dan kebutuhan air cukup, mereka akan membeli kambing lagi,” kata Dwi, kepada wartawan, Minggu (30/9/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurut Dwi, kebiasaan warga menjual ternak di musim kemarau bukanlah hal baru. Hal itu senantiasa dilakukan setiap kali musim kemarau berkepanjangan datang. Dia menilai sikap masyarakat tidak berlebihan. Kendati demikian, Dwi berharap pemkab mengambil sikap atas kondisi itu dengan segera mengirimkan bantuan air bersih agar warga bisa mempertahankan sejumlah kecil ternaknya.

Harapan Dwi terjawab dengan masih mengalirnya bantuan air bersih ke wilayah Wonogiri selatan. Bantuan kali ini datang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Rencananya, bantuan senilai Rp85 juta untuk 500 tangki air itu ditransfer ke rekening Pemkab Wonogiri pekan depan. Bantuan tersebut menggunakan asumsi harga air Rp150.000-Rp170.000 per tangki.

“Dana itu memang belum turun, tetapi kami diminta menyiapkan rekeningnya. Mungkin pekan depan [pekan ini] baru ditransfer dari BNPB,” kata Kabid Linmas, Suwarso, mewakili Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Wonogiri, Gatot Gunawan.

Suwarso menambahkan bantuan itu diberikan untuk 43 desa/kelurahan di sembilan kecamatan yang masuk wilayah kekeringan dan rawan air bersih saat kemarau. Termasuk di antaranya, Kecamatan Purwantoro yang baru saja masuk daftar wilayah rawan air bersih.

Terkait pembagian bantuan tersebut, dia mengaku akan berkoordinasi dengan masing-masing camat. Koordinasi mencakup apakah tangki untuk pengiriman air bersih disediakan pemkab atau menyewa dari pihak swasta.

Suwarso berharap turunnya bantuan dari BNPB tersebut menjadi pendorong pemkab segera membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Sebenarnya, bagi wilayah yang belum memiliki BPBD, tidak bisa mendapat bantuan dari BNPB secara langsung,” ungkapnya. Tahun 2011, BNPB juga membantu Wonogiri senilai Rp84,1 juta untuk 368 tangki air bersih.

Sementara itu, hujan diprediksi terjadi setidaknya sebulan ke depan. Kasubbid Bina Linmas, Suraji, mengatakan berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terungkap musim hujan diperkirakan mulai akhir Oktober hingga awal November. Dengan demikian, bantuan air bersih tetap dibutuhkan warga di wilayah kekeringan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya