SOLOPOS.COM - Para petani anggota P3A dan mantra pertanian berkoordinasi membahas pembagian air Dam Colo Timur Bengawan Solo di Aula Bidang Pengairan DPU Sragen, Rabu (12/8/2015). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kekeringan Sragen mengakibatkan ribuang hektare areal pertanian bera.

Solopos.com, SRAGEN — Areal pertanian yang bera karena keterbatasan air pada kemarau 2015 di wilayah Bumi Sukowati mencapai 6.308 hektare. Hamparan sawah bera itu dijumpai di sembilan kecamatan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Data tersebut disampaikan Kabid Rumah Pangan Lestari dan Sarana Produksi Dinas Pertanian Sragen, Lukman Farid, dalam pertemuan antisipasi kekeringan 2015 di aula Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen, Rabu (12/8/2015). Sembilan kecamatan itu meliputi Kecamatan Mondokan, Sumberlawang, Miri, Tanon, Sukodono, Kalijambe, Plupuh, Gemolong, dan Gesi.

Lukman menyampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempredikasi El Nino akan berdampak pada kemarau panjang. Dia mengatakan BMKG memperkirakan kemarau akan berakhir pada akhir November atau awal Desember 2015 mendatang.

“Sebagian areal pertanian di Sragen memang dibiarkan bera karena kesulitan air. Dari data kami ada 6.308 hektare areal pertanian yang bera. Sawah bera itu bukan karena kekeringan tetapi memang disengaja. Kekeringan itu bila terjadi gagal panen dan seterusnya. Sampai sekarang belum ada laporan kekeringan,” kata Lukman.

Dia menyebut Surat Keputusan (SK) Bupati Sragen menginstruksikan kepada petani untuk mengubah pola tanam padi-padi-palawija. Ketika petani nekat menanam padi-padi-pantun, kata dia, risiko harus ditanggung petani sendiri. Kendati demikian, Lukman merencanakan langkah-langkah antisipasi kekeringan, salah satunya lewat rapat koordinasi Rabu kemarin.

Terpisah, perwakilan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Bengawan Solo Jawa Tengah, Supriyanto, menyampaikan potensi kekeringan yang berdampak pada keringnya lima waduk dari tujuh waduk di Kabupaten Sragen. Kelima waduk itu meliputi Waduk Gebyar dan Waduk Blimbing di Sambirejo, Waduk Botok dan Waduk Gembong di Karangmalang serta Waduk Brambang di Kedawaung.

“Petani tinggal memanfaatkan dua waduk yang masih memiliki volume air, yakni Waduk Kembangan dengan 164.809 m3 dan Waduk Ketro yang masih memiliki cadangan air 887.840 m3. Waduk Kembangan mampu mengairi 358 hektare areal pertanian sedangkan Waduk Ketro mengaliri 892 hektare,” ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut para pengurus Perkumpulan Petani Pengelola Air (P3A) dan para mantri pertanian. Mereka sempat membahas tentang teknis pembagian air untuk tanaman padi di wilayah Kebonromo, Bandung Sogo, Pilangsari, Toyoga, dan Bener. Sejumlah petani di wilayah tersebut sempat berebut air dari pasokan Dam Colo Timur Bengawan Solo. Namun dalam pertemuan tersebut mereka bersepakat untuk membagi air sesuai jatah giliran dan waktu yang disepakati sebelumnya.

“Ketika ada pungutan untuk petugas itu sebenarnya sudah diatur dalam AD/ART P3A. Iuran petani itu dibolehkan sepanjang ada kesepakatan. Iuran itu digunakan untuk satuan tugas pengelola air agar pembagian air merata,” tambah Kabid Pengairan DPU Sragen, Subagiyono.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya