SOLOPOS.COM - Petani membuat sumur pantek di area persawahan Desa Papahan, Tasikmadu, Karanganyar untuk mengantisipasi kekeringan, Rabu (21/8/2013). (Tri Indrawati/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan hektare sawah di sebagian wilayah Karanganyar terancam dilanda kekeringan selama musim kemarau berlangsung. Oleh karena itu, sebagian petani mengandalkan sumur pantek untuk menyelamatkan sawah mereka dari kekeringan.

Seorang petani asal Desa Papahan, Tasikmadu, Sumardi, 40, mengaku rela mengeluarkan biaya senilai Rp4 juta untuk membuat sumur pantek di sekitar sawahnya. Dia khawatir padi yang baru saja ditanamnya akan mati karena kekurangan air.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sumardi mengatakan pembuatan sumur sedalam 100 meter itu memakan waktu lebih kurang sepekan.

“Nanti kalau sudah jadi, bukan hanya saya yang bisa menggunakan sumur ini untuk mengairi sawah. Petani lain juga bisa menyedot air dari sumur pantek saya, tapi dengan sistem sewa,” ujar dia saat dijumpai wartawan di sawahnya, Rabu (21/8/2013).

Menurut dia, ratusan hektar sawah yang ada di kawasan itu terancam kekeringan jika tak ada upaya penyelamatan dengan membuat sumur pantek. Pasalnya, saluran irigasi di aera persawahan penduduk setempat telah kering selama beberapa waktu, sehingga petani kesulitan memperoleh air untuk mengairi sawah mereka.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Karanganyar, Siti Maisyaroch, mengklaim sistem pengairan area pertanian di seluruh wilayah Karanganyar masih terbilang aman.

Dia mengatakan pemerintah telah melakukan antisipasi dengan membuat sumur pantek di sejumlah daerah pertanian.

“Tapi tidak semua daerah bisa dibuatkan sumur pantek, minimal pada kedalaman tanah 50 meter sudah keluar air. Kalau tidak ya berarti hanya dapat disiasati dengan pembuatan sumur artesis, tapi itu bukan kewenangan kami,” jelas dia saat dijumpai Solopos.com di ruangannya, Rabu siang.

Sawah Bera

Siti menguraikan terdapat beberapa daerah yang termasuk dalam area rawan kekeringan, yakni wilayah Jumantono, Jumapolo, Jatiyoso, Jatipuro, serta Gondangrejo. Kontur tanah di lima kecamatan itu terbilang tandus sehingga sulit dijangkau saluran irigasi maupun dibuatkan sumur pantek. Oleh karena itu, Dinas Pertanian telah mengimbau para petani di wilayah tersebut untuk beralih menanam palawija semenjak awal kemarau.

“Setelah panen padi beberapa waktu lalu, para petani langsung beralih menanam palawija sehingga pertanian di daerah tersebut kami rasa akan aman, tidak akan terjadi poso,” imbuh dia.

Kendati demikian, Siti mengakui terdapat beberapa petani di wilayah Kebakkramat dan Tasikmadu yang memilih membiarkan tanahnya menjadi bero atau tidak ditanami karena kesulitan memperoleh air. Sebenarnya, lanjut dia, petani masih dapat menanam palawija di area sawahnya yang mulai mongering.

Hanya, mereka harus lebih bekerja keras mencari air dari berbagai sumber untuk menyiram tanaman pasa masa awal tanam. “Tapi kalau petani lebih memilih dibiarkan bero ya ndak apa, kan mereka sekalian bisa istirahat tanam,”  imbuh dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya