SOLOPOS.COM - Ilustrasi air PDAM (JIBI/Solopos.com/Dok.)

Harianjogja.com, SLEMAN—Memasuki pertengahan Mei, kekeringan mulai melanda wilayah perbukitan di Kecamatan Prambanan, Sleman. Dalam sepekan terakhir, warga mulai membeli air bersih dari truk tangki pedagang swasta dengan harga Rp110.000 per tangki ukuran 5.000 liter.

Kepala Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Samijan menjelaskan selama sepekan terakhir sudah tampak lalu lalang truk tangki air keluar masuk desanya. Sejumlah warga yang mulai membeli air yakni di Dusun Klumprit I dengan harga rata-rata Rp110.000 per tangki. Mereka memilih cara instan dengan membeli, meski ketersediaan air di Sendang Sebedug masih cukup banyak. Hanya saja, mata air tersebut berada di Dusun Klumprit II yang berjarak lumayan jauh dari Dusun Klumprit 1. Secara geografis, posisi Dusun Klumprit I berada di atas Dusun Klumprit II yang memiliki mata air.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

“Sebenarnya masih ada air meskipun sudah berkurang, tapi warga sudah banyak yang membeli melalui tangki terutama Dusun Klumprit I. Belum lama paling baru sepekan ini,” ungkapnya, Kamis (8/5).

Ketua Organisasi Petani Pemakai Air (OPPA) Prambanan, Mujimin, menambahkan sebanyak 5.200 kepala keluarga (KK) di kawasan perbukitan ditarget bisa mendapatkan air bersih melalui sistem saluran tersebut, tapi baru 800 KK yang terlayani. Layanan itu terdiri atas dari saluran Majasem 250 KK, Bleber 500 KK dan Ngeboran 50 KK. Ketiga sistem pompa itu kini sudah dikonversi menggunakan generator listrik, terutama sistem Majasem yang merupakan sistem induk. Awalnya sistem ini masing menggunakan diesel berbahan bakar solar untuk mengangkat air menuju reservoar. Namun tidak semua warga mampu memasang saluran itu.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG DIY, Tony Agus Wijaya mengatakan, Mei saat ini memang sudah memasuki musim kemarau yang mengakibatkan mulai susutnya mata air. Puncak musim kemarau diperkirakan bakal terjadi pada Agustus 2014 mendatang. Penyusutan debit air di sejumlah sumber disebabkan karena sinar Matahari dengan bebas menerobos ke Bumi tanpa adanya penghalang, seperti awan sehingga panasnya menjadi berlebihan dibanding biasanya. Sementara penguapan yang terjadi tidak dapat berpotensi menjadi awan karena uap air itu terbawa angin menuju ke arah barat wilayah Indonesia.

“Ini jelas akan berpengaruh pada wilayah yang setiap tahunnya menghadapi persoalan air seperti Gunungkidul dan sebagian Prambanan di Kabupaten Sleman. Karena itu perlu diantisipasi pada kekeringannya,” terang Tonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya