SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan. (JIBI/Solopos/Dok.)

Kekeringan Sleman diprediksi terjadi di daerah pegunungan.

Harianjogja.com, SLEMAN-Setidaknya empat desa di Kecamatan Prambanan masuk dalam wilayah rawan kekeringan selama puncak musim kemarau ini. Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Sleman memprediksi kekeringan bakal terjadi di daerah tersebut karena letaknya yang berada di pegunungan.

Promosi Perjalanan Uang Logam di Indonesia dari Gobog hingga Koin Edisi Khusus

Heru Sapto, Kepala Bidang (Kabid) Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman mengatakan empat desa itu masuk dalam pantauan rawan kekeringan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ada 4 desa itu, sementara untuk Desa Madurejo tidak[rawan kekeringan] karena berada di bawah pegunungan,” terangnya kepada Harianjogja.com, Senin (14/8/2017). Pihaknya bersama kecamatan setempat terus melakukan pemantauan selama musim kemarau ini.

Ditambahkan pula jika kebutuhan air bersih di wilayah atas pegunungan yang mengalami kekeringan masih dapat tercukupi dengan sistem pompa. Sistem itu dikelola oleh warga dengan kelembagaan Organisasi Pemakai Air (OPA). Bantuan berupa droping air baru akan dilakukan pada skenario terburuk yakni apabila sistem pompa itu sudah tak bisa lagi memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya untuk kebutuhan konsumsi.

Sejauh ini sistem droping air sama sekali belum dilakukan karena belum permintaan dari warga. Heru menyebutkan pantauan kekeringan oleh BPBD memang difokuskan kepada Kecamatan Prambanan sebagai satu-satunya titik rawan kekeringan di Sleman.

Direktur PDAM Sleman, Dwi Nurwata mengatakan puncak musim kemarau diprediksi akan berdampak pada penurunan debit sumber air. Penurunan debit air yang biasanya terjadi pada puncak musim kemarau berkisar 5%-10%. Dengan demikian, debit air yang umumnya mencapai 380 liter per detik turun menjadi 340 liter per detik.

“Namun kecukupan air PDAM Sleman masih cukup sehingga masih aman untuk pelayanannya,” jelasnya. Sebabnya, penyimpanan produksi air masih mencapai 50 liter per detik. Saat ini, gangguan layanan yang dialami masyarakat Sleman hanya sebatas wilayah Kecamatan Mlati yang diakibatkan perbaikan drainase yang dilakukan sejak bulan lalu.

Dwi menyebutkan jika perbaikan dilakukan pada pipa jaringan utama berdiameter 250 milimeter sehingga sampai saat ini proses pengerjaannya belum selesai. Sebelumnya, diprediksi perbaikan akan selesai dilakukan pada 7 Agustus lalu. Dwi menyampaikan jika gangguan aliran masih akan terjadi pada siang hari dan tetap diuapayakan mengalir pada malam harinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya