SOLOPOS.COM - Lahan pertanian di Dusun Prumpung RT5/RW9 Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, dianggurkan selama musim kemarau, seperti tampak yang terlihat pada Jumat (16/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Kekeringan Sleman turut melanda area persawahan.

Harianjogja.com, SLEMAN-Kemarau panjang yang terjadi tahun ini membuat banyak petani memilih tidak memanfaatkan lahan pertaniannya. Para petani memilih menganggurkan tanahnya selama musim kemarau.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tampak di beberapa kecamatan khususnya di Kabupaten Sleman bagian timur, puluhan petak sawah hanya dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Bahkan sisa-sisa tanaman padi musim hujan lalu masih tertancap di tanah. Beberapa sisa tanaman padi itu ada yang tumbuh lagi.

“Memang kita biarkan. Lha mau ditanemi apa juga susah airnya,” kata Sabar, 55, petani yang memiliki lahan sawah di Jl. Cangkringan Km.8, Ngemplak, Jumat (16/10/2015).

Ia enggan menanami lahan dengan tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, seperti palawija atau tembakau. Menurutnya hasil yang diperoleh tidak sebanyak saat lahan ditanami padi.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Agung Suharto. Ia mengakui, sekitar dua hektar lahan pertanian aktif di dusunnya dianggurkan oleh pemiliknya. “Airnya itu susah. Sumur-sumur mulai kering. Apa palawija itu sama sekali tidak butuh air? Palawija itu juga butuh [air],” ungkapnya.

Di daerah lain seperti di Dusun Prumpung RT5/RW9 Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik. Puluhan petak sawah yang ada di daerah itu kering. Pemilik sawah sengaja mengelola lahan karena sungai di tepi sawah itu kering.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman, Widi Sutikno, mengungkapkan beberapa petani memang terpaksa menganggurkan lahannya pada musim kemarau ini. Sumber daya alam (SDA) berupa air jadi faktor pemicunya.

“Mereka berpikir daripada tanamannya mati karena tidak ada air mending diberakke [dianggurkan]. Tujuannya untuk mengistirahatkan tanah untuk musim depan yang baik,” jelas Widi.

Logikanya, ujar Widi, ketika lahan pertanian dieksploitasi secara terus-menerus maka unsur hara bisa berkurang. Lain jika pada beberapa waktu sekali tanah sengaja diistirahatkan dengan tidak ditanami.

Menurutnya jika petani memutuskan untuk tidak menanami lahan pertaniannya, lahan yang menganggur harus tetap dirawat. Seperti diberi pupuk kandang agar unsur hara semakin terjaga.

Dinas tidak mencatat data jumlah lahan pertanian yang dianggurkan. Namun menurutnya jumlahnya tidak banyak dan hanya terpusat pada wilayah yang kesulitan air. Ia menegaskan lahan-lahan yang tidak ditanami tersebut tidak berpengaruh pada turunnya hasil produktivitas pertanian.

Untuk komoditas beras, ia memperkirakan pada akhir tahun nanti jumlah persediaan beras di Sleman masih 317 ton. angka tersebut aman untuk mencukupi kebutuhan beras warga Sleman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya