SOLOPOS.COM - ilustrasi (dok)

ilustrasi (dok)

SUKOHARJO--Sejumlah petani di Desa Kudu, Kecamatan Baki, Sukoharjo, membuat sumur bur, Selasa (11/9/2012). Mereka membuat sumur karena air di sungai untuk mengairi persawahan, mengalami kekeringan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu petani di desa tersebut, Marmo, mengatakan dalam satu petak sawah, petani bisa membuat tiga sumur. Hal itu dilakukan lantaran parahnya kekeringan yang melanda di persawahan desa. Aliran sungai dari Desa Gedongan pun mengalir ke Desa Kudu, sepekan sekali. Itu pun, kata dia, sawah di Desa Kudu hanya mendapatkan aliran sedikit sehingga tidak semua sawah teraliri air.

“Kadang malah sama sekali tidak mendapatkan air, padahal sebulan lagi akan melaksanakan tanam padi,” ujar Marmo.

Lebih lanjut ia mengatakan, kedalaman sumur yang dibuat petani rata-rata mencapai 12 meter-15 meter. Sumur yang berhasil mengeluarkan air, lalu dialirkan ke sejumlah titik untuk membuat sumur lagi. “Membuat sumur itu kan butuh air, jadi air sumur yang sudah ada dialirkan ke tempat lain untuk membuat sumur lagi dan begitu seterusnya,” terangnya.

Untuk satu petak sawah, sambung Marmo, dibutuhkan tiga aliran sumur yang berada di beberapa sudut sawah. Pasalnya, air itu bukan hanya untuk mengairi tanaman padi, tapi juga tanaman lainnya seperti kacang panjang, cabai dan sebagian tanaman tembakau.

Untuk bisa mengairi beberapa petak sawah, ungkap Marmo, setidaknya dibutuhkan dua hari pengairan. Air sumur itu disedot menggunakan mesin disel. Kadang saat musim kekeringan seperti ini, lanjutnya, petani bahkan harus bermalam di sawah karena menjaga mesin disel agar tidak dicuri maling.

Hal senada juga diungkapkan petani lain, Paidi. Untuk sawah di Desa Kudu, kata dia, air tanah bisa dicapai di kedalaman sekitar 15 meter. Sedangkan untuk daerah lain ada yang mencapai 20 meter baru airnya muncul. Lebih lanjut ia mengatakan, sebagian petani memang tidak serentak saat menanam padi. Hal itu menjadikan tanaman yang dipanen pun tidak serentak.

Akibatnya, saat musim kekeringan seperti ini, imbuhny, mau tidak mau petani yang masa tanamnya belakangan menjadi kalang kabut karena harus mencari air. “Untuk mengairi sawah ini kami urunan untuk membeli bahan bakar solar guna menyalakan mesin disel,” terangnya.

Bila kondisi sungai masih mengering, katanya, maka ke depan petani diperkirakan ada yang beralih pola tanam ke palawija.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya