SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

Waduk Gajah Mungkur (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI–Kekeringan yang melanda wilayah Wonogiri tidak hanya terjadi di sumber air untuk konsumsi warga, tetapi juga sumber air untuk irigasi lahan pertanian. Volume air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) juga semakin menurun karena tidak ada suplai air dari hulu. Untuk itu, Perum Jasa Tirta Wilayah Sungai Bengawan Solo mengusulkan hujan buatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) IV Perum Jasa Tirta (PJT) I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Winarno Susiladi, mengatakan usulan hujan buatan itu muncul saat rapat koordinasi pada 31 Agustus. Rapat itu dihadiri pihak perum jasa tirta dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saat ini, kami masih mencari data terkait usulan itu dan menunggu informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika) terkait lamanya musim kemarau. Apabila musim kemarau diperkirakan hingga Oktober atau November, maka usulan itu akan direalisasikan,” katanya, Rabu (5/9/2012).

Ia menambahkan rencana hujan buatan itu untuk periode pengisian air ke WGM dalam rangka persiapan irigasi saat musim tanam (MT) I. Ia menyatakan, di tahun 2007 hal itu pernah direalisasikan karena kemarau panjang. Jika rencana itu benar-benar direalisaikan, lanjut dia, maka hujan buatan dilakukan di hulu yakni di wilayah Kecamatan Baturetno, Tirtomoyo dan Jatisrono.

Tapi, lanjut dia, selain menunggu informasi dari BMKG, juga diadakan kajian lain seperti arah angin, jenis awan yang ada saat itu dan dana yang dibutuhkan. Pasalnya, menurut Winarno, biaya yang diperlukan untuk rencana tersebut tidak sedikit, terutama untuk menyewa pesawat. “Biayanya bisa miliaran. Kalau bahan bakunya, sebenarnya tidak mahal. Hanya perlu Na Cl atau garam dapur,” imbuhnya.

Terkait ketinggian air waduk yang semakin turun, pada Rabu pukul 12.00 WIB berada di ketinggian 130,39 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan pukul 07.00 WIB, pada ketinggian 130,37 mdpl. Beberapa hari lalu, ketinggian air waduk masih 130,54 mdpl. Sedangkan batas bawah permukaan air yang dianjurkan yakni 129-130 mdpl.

Di sisi lain, wilayah Kecamatan Baturetno yang merupakan hulu sungai yang menuju waduk, telah mengering. Camat Baturetno, Teguh Setiyono, mengatakan keringnya sungai-sungai yang merupakan hulu waduk membuat petani berhenti menanam padi sementara waktu. Mereka memilih untuk menanam jagung yang tidak membutuhkan banyak air.

“Mayoritas warga membuat sumur pantek untuk mengairi lahan pertanian yang ditanami jagung. Sebenarnya, masih ada sedikit air di hulu sungai tersebut, tetapi tidak cukup untuk mengairi lahan pertanian,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya