SOLOPOS.COM - Waginem, 52 dan Dinah, 50, keduanya warga Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Sukoharjo menjinjing ember berisi air. Kedua warga tersebut harus berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk sekadar mendapatkan air minum. Foto diambil Jumat (21/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Waginem, 52 dan Dinah, 50, keduanya warga Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Sukoharjo menjinjing ember berisi air. Kedua warga tersebut harus berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk sekadar mendapatkan air minum. Foto diambil Jumat (21/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Mendapatkan segelas air minum ternyata bukan hal mudah bagi warga Dusun Alasombo, Desa Alasombo, Kecamatan Weru, Sukoharjo. Musim kemarau panjang membuat warga harus lebih jauh berjalan mencari sumber air untuk dikonsumsi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Misalkan saja Waginem, 52 dan Dinah, 50 yang Jumat (21/9/2012) siang dijumpai Solopos.com tengah berjalan membawa air dengan ember. “Air sumur milik warga sudah kering. Tinggal satu sumur yang bisa digunakan oleh warga Alasombo namun berjarak 1,5 kilometer,” ujar Waginem.

Menurutnya, hampir semua warga di dusunnya mengambil air di sumur tersebut sehingga rela mengantre. Wiji, 50 menambahkan, sedikitnya tiga kali sehari dirinya pergi pulang ke sumur tersebut. “Hanya satu ember yang bisa dibawa. Jika habis ya ambil lagi.”

Wiji menjelaskan, air dari sumur hanya dipergunakan untuk minum dan memasak. Malam hari pun, dilakoni oleh Wiji, Waginem dan rekan-rekannya. “Sebenarnya ada empat sumur milik warga yang biasa dijadikan tempat untuk mengambil air namun saat ini semuanya kering. Warga terpaksa mengambil air ke sumur di tegalan,” tuturnya.

Mereka rela melakukan aktivitas itu demi segelas air minum. Kegigihan warga Desa Alasombo, Kecamatan Weru itu patut diapresiasi namun tak boleh diabaikan. Pemkab Sukoharjo hendaknya mulai memikirkan solusi permanen sehingga masalah kekeringan tidak menjadi beban setiap tahun. Beberapa warga Dusun/Desa Alasombo yang ditemui Solopos.com seperti Wiji, Waginem, Dinah, Yatmi, 35 dan Marsini, 28 mengaku kemarau tahun ini cukup panjang.

Walau kekeringan, mereka mengaku belum pernah membeli air bersih. Karenanya, hewan ternak dan perhiasan tidak dijual seperti warga di Kabupaten Wonogiri. “Kami tidak tahu berapa harga satu tangki air,” ujar Agus Suwardi, pengurus RT 001/RW 010, Dusun Alasombo.

Menurutnya, sedikitnya 65 KK atau sekitar 195 jiwa membutuhkan kepedulian. Jumlah jiwa itu jika satu kepala keluarga memiliki tiga anggota. Kekeringan tersebut juga dialami oleh warga Dusun Jatirejo, Desa Kamal, Kecamatan Bulu. Camat Bulu, Sunarjo Hadi Purnomo mengatakan, pihaknya berharap ada bantuan sumur pantek sebagai solusi permanen. “Di dusun tetangga (Jatirejo) telah dibangun sumur pantek. Debit air cukup sehingga kami berharap di Jatirejo juga terdapat sumber air sehingga bisa dibangun sumur pantek.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya