SOLOPOS.COM - Warga Desa Sumberwungu, Tepus sedang mengantre air yang disalurkan oleh Kepolisian DIY dengan menggunakan water canon, Jumat (18/9/2015). (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Dampak kekeringan di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dampak kekeringan di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas. Diperkirakan musim kemaru akan berlangsung hingga Oktober 2017 mendatang. Oleh sebab itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul siap mengajukan status siaga darurat kekeringan ke Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Budhi Harjo mengatakan kini pihaknya sudah mempersiapkan persyaratan sejumlah berkas untuk mengajukan status siaga darurat kekeringan kepada BNPB. “Saat ini surat pengajuan kepada Bupati agar dikeluarkan Surat Keputusan (SK) siaga darurat kekeringan sudah kami siapkan,” kata dia, Jumat (8/9/2017).

SK dari Bupati tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan status siaga darurat kekeringan. Jika memang nanti pada Oktober 2017 masih belum turun hujan dan dampak kekeringan semakin parah, maka pihaknya akan langsung mengajukan status siaga darurat kekeringan ke BNPB.

Ketika sudah berstatus siaga darurat kekeringan, pihaknya nanti dapat mengakses program penanggulangan kekeringan dari BNPB. Tentunya, selain akan mendapat tambahan droping air, sejumlah petugas atau relawan dapat disiagakan semisal untuk membersihkan telaga-telaga yang mulai kering.

“Sesuai dengann himbauan dari pusat [BNPB], kalau memang pada Oktober nanti masih kekering nanti kami bisa mengusulkan program ke pusat,” kata Budhi.

Lanjutnya lagi status siaga darurat ini dinilainya harus diberlakukan ketika nanti pada Oktober hingga November belum juga turun hujan. Dan memang menurut ramalan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofosika, musim kemarau di Gunungkidul akan terjadi hingga Oktober 2017.

Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Gunungkidul, Sutaryono, menambahkan selain karena prediksi masih akan terjadi kemarau panjang hingga Oktober. Saat ini dampak kekeringan juga sudah semakin meluas. Berdasarkan data yang masuk ke BPBD ada delapan kecamatan yang terdampak kekeringan mengajukan droping air ke BPBD, ditambah tiga kecamatan yang saat ini melakukan droping air secara mandiri.

Diketahui delapan kecamatan yang mendapatkan dropping air dari BPBD diantaranya Kecamatan Rongkop, Paliyan, Panggang, Girisubo, Purwosari, Tepus, Tanjungsari dan Nglipar. Sementara tiga kecamatan tambahan yakni Patuk, Ponjong, dan Ngawen, dapat melakukan droping air secara mandiri.

Lanjutnya lagi, sampai saat ini pihaknya sudah menyalurkan lebih dari 1.500 tangki air bersih kepada sekitar 137 ribu masyarakat di delapan kecamatan. Dan anggaran yang tersisa untuk penanganan kekeriangan masih sekitar Rp 250 juta.  “Untuk saat ini dana masih cukup,” kata Sutaryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya