SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Soloraya (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kekeringan Klaten juga berdampak pada pelanggan PDAM Klaten. Debit air PDAM dipastikan menyusut.

Solopos.com, KLATEN — Debit air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klaten menyusut memasuki kemarau tahun ini. Karena itu, warga diminta menghemat penggunaan air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Utama PDAM Klaten, Irawan Margono, menjelaskan penurunan debit terjadi sekitar sebulan ini. Ia mencontohkan penurunan tersebut seperti debit air yang biasanya 20 liter/detik menjadi 18 liter/detik pada kemarau ini.

“Memang ada penyusutan debit sedikit. Penurunan sekitar 10%. Kondisi ini biasa terjadi di musim kemarau. Untuk pelayanan masih berjalan, kondisinya masih normal,” jelas dia, Selasa (4/8/2015).

Irawan menjelaskan pada jam tertentu aliran air PDAM tak berjalan lancar. Kondisi itu terjadi pada sejumlah wilayah seperti sebagian Cawas serta Wedi. “Saat-saat pemakaian puncak itu di wilayah tertentu seperti sebagian Cawas dan Wedi ada gangguan aliran air. Itu di wilayah tertentu, tidak semuanya. Untuk wilayah kota posisi masih aman [aliran air PDAM lancar],” ungkapnya.

PDAM memanfaatkan mata air di wilayah Klaten seperti sumber mata air Lanang, Geneng, Ponggok, dan Jalatunda. Selain itu, terdapat sejumlah sumur dalam yang digunakan PDAM untuk pasokan air pelanggan seperti di Prambanan, Gayamprit, dan Jatinom. “Semuanya masih berfungsi [memasok air ke pelanggan]. Tidak ada yang mati,” jelasnya.

Lebih lanjut, Irawan mewanti-wanti warga menghemat penggunaan air agar ketersediaan air PDAM terjamin hingga kemarau berakhir. Selain itu, ia menyarankan agar warga menyiapkan tandon air guna mengantisipasi tersendatnya aliran saat jam tertentu.

“Meski posisi masih aman, di kemarau panjang ini kami imbau warga untuk melakukan penghematan pemakaian air. Apabila ada gangguan, kami mohon warga menyiapkan tandon. Seperti kalau malam bisa mengisi tandon itu untuk mengantisipasi tak lancarnya aliran saat pemakaian puncak,” katanya.

Pada bagian lain, petani di wilayah Gantiwarno berharap ada bantuan dari pemerintah terkait ketersediaan air pada lahan pertanian mereka. Salah satu petani di Desa Kerten, Saiman, 53, mengatakan pertanian di wilayahnya menggunakan sistem tadah hujan.

Saat kemarau tiba, para petani di wilayah itu biasanya menanam tembakau. “Meski menanam tembakau, air masih dibutuhkan. Kami memanfaatkan sumur-sumur yang ada dan sudah dibangun di sawah baik itu melalui arisan atau secara pribadi. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun sumur atau setidaknya pompa air untuk mengangkat air dari sumur,” jelas Saiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya