SOLOPOS.COM - Warga mengantre air bersih kiriman BPBD Klaten di Dukuh Ngemplak, Desa Panggang, Kemalang, Klaten, Kamis (27/7/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Ada 22 desa di Klaten yang masih terancam kekeringan pada musim kemarau.

Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 22 desa di tujuh kecamatan Kabupaten Klaten terancam kekeringan. Jumlah itu menurun dibanding data 2015 yang mencapai 32 desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Klaten bakal mengalami musim kemarau pada Juli hingga September. Musim ini bakal mengalami puncaknya pada Agustus.

“Puncak kekeringan diprediksi terjadi pada Agustus kendati sampai saat ini masih ada hujan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Bambang Giyanto, saat ditemui wartawan di sela-sela pengiriman bantuan air bersih di Dukuh Ngemplak, Desa Panggang, Kemalang, Kamis (27/7/2017).

Dalam pengiriman perdana bantuan air bersih di Desa Panggang itu BPBD membawa 20.000 liter air bersih atau setara empat rit menggunakan truk tangki berkapasitas 5.000 liter.

BPBD Klaten menyiapkan anggaran Rp100 juta untuk bantuan air bersih ke desa-desa terancam kekeringan. Tujuh unit truk tangki disiapkan dengan kapasitas antara 5.000 liter hingga 6.000 liter.

Anggaran itu menurun dibanding tahun lalu yang mencapai Rp200 juta. “Jika nanti anggaran itu masih kurang, kami punya dana siap pakai [DSP] senilai Rp500 juta,” terang Bambang.

Jumlah desa yang terancam kekeringan, lanjut Bambang, turun dibanding pada 2015 yang mencapai 32 desa. Penurunan ini lantaran sejumlah desa mendapat fasilitas Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

Pembangunan Pamsimas masih diupayakan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. “Ini masih kajian di mana saja sumber-sumber airnya karena tidak setiap lokasi bisa dibikin Pamsimas.”

Salah satu penerima bantuan air bersih, Suprihatin, 23, warga RT 011/RW 002, Dukuh Ngemplak, Desa Panggang, Kemalang, mengatakan untuk konsumsi air sehari-hari ia dapatkan dengan membeli seharga Rp110.000 per tangki 5.000 liter.

Air itu ia pakai untuk kebutuhan ternak, mencuci, minum, mandi, dan lainnya. “Satu tangki itu paling lama dua pekan habis,” ujar dia.

Untuk kebutuhan sehari-hari ia juga menadah air hujan di bak-bak penampungan miliknya. Belakangan ini hujan masih ada kendati tak mampu memenuhi bak.

Hampir sepanjang tahun ia membeli air. “Warga di sini kebanyakan membeli air karena enggak ada sumur,” tutur dia.

Berikut daftar 22 desa terancam kekeringan di Klaten 2017:
1. Kecamatan Kemalang: Balerante, Panggang, Talun, Kendalsari, Sidorejo, Bumiharjo, Dompol, Kemalang, Tlogowatu, Tegalmulyo, Tangkil
2. Kecamatan Jatinom: Bengking, Bandungan, Socokangsi, Tibayan,
3. Kecamatan Cawas: Bogor, Balak, Bawak
4. Kecamatan Karangnongko: Gemampir
5. Kecamatan Prambanan: Sengon
6. Kecamatan Karangdowo: Tumpukan
7. Kecamatan Manisrenggo: Sukorini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya