SOLOPOS.COM - ilustrasi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Kekeringan yang melanda beberapa tempat mengakibatkan krisis air bersih. Di Pantai Gesing, Girikarto, Panggang, warga harus iuran alias patungan untuk membeli air bersih.

Seorang nelayan Pantai Gesing Sugitomo, 55, mengatakan, kekeringan merupakan hal rutin musim kemarau. Untuk mendapatkan air, warga menggantungkan dari truk-truk pengangkut air yang seringkali datang di lokasi itu.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

“Di sini sebenarnya ada banyak sumber. Tapi, sumur yang dibuat warga airnya asin, dan tidak bisa digunakan. Untuk itu, air tersebut hanya digunakan untuk mandi dan mencuci,” kata Sugitomo kepada Harianjogja.com, saat di temui di Pantai Gesing, Sabtu (20/9/2014).

Guna memenuhi kebutuhan air bersih, lanjut Sugi, nelayan harus mengeluarkan uang Rp170.000 per tangki. Jumlah tersebut digunakan sebagai ongkos pengganti tiap dropping atau penyaluran air yang dilakukan. Warga kerap tak mampu membeli sendiri sehingga harus iuran.

“Kami sudah terbiasa membeli dengan cara patungan [iruan]. Mau bagaimana lagi, itu satu-satunya cara untuk mendapatkan air bersih. Biasanya, sekali pengiriman digunakan untuk tiga keluarga,” aku dia.

Meski warga sudah berusaha melakukan penghematan, lanjut Sugi, ternyata air yang dibeli tak bisa digunakan untuk jangka waktu
yang lama. Sebab, dalam sekali pengiriman maksimal digunakan selama lima hari. Setelahnya, warga harus kembali membeli air.

“Kondisi ini sudah berlangsung lama. Saya dengar ada bantuan air bersih, tapi nyatanya hingga sekarang bantuan juga tak kunjung datang,” keluh Sugi.

Menurut dia, keadaan nelayan tambah susah, sebab hasil tangkapan di laut akhir-akhir ini sangat minim. Sedang, biaya hidup yang dikeluarkan relatif tinggi.

“Harapannya, bantuan air segera datang, sehingga bisa meringankan beban kami,” imbuh dia.

Hal senada diungkapkan Prawoto, warga lainnya. Menurut dia, di wilayah Pantai Gesing sudah ada instalasi pipa air. Sayangnya, pipa-pipa tersebut belum berfungsi, akibatnya air yang diharapkan tak kunjung keluar.

“Sejak selesai dibangun, warga belum merasakan manfaat instalasi yang ada. Kemungkinan, hal itu disebabkan adanya kebocoran pipa, sehingga air yang harusnya bisa dialirkan, bocor di tengah jalan,” ungkap dia.

Prawoto mengakui bila harga air di wilayah Gesing bervariasi, dengan kisaran harga Rp150.000 sampai Rp170.000 per tangki. Perbedaan harga terjadi karena tergantung dengan jarak tempuh serta lokasi rumah warga.

“Semakin jauh selang yang digunakan, maka harganya akan semakin mahal. Tapi, kalau rumah warga terletak di pinggir jalan maka harga akan lebih murah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya