SOLOPOS.COM - Kondisi Telaga Jonge, Pacarejo, Semanu beberapa waktu lalu. Telaga ini merupakan salah satu telaga yang tak pernah mengering saat musim kemarau.(JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Kekeringan Gunungkidul di sejumlah telaga dapat diatasi dengan rekayasa teknologi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kepala Bappeda Gunungkidul Syarief Armunanto mengakui, permasalahan mengeringnya 210 telaga di Gunungkidul sebenarnya dapat diatasi dengan teknologi pemasangan geomembran [pemasangan lapisan sejenis plastik di atas permukaan tanah). Hanya saja, untuk melaksanakannya metode ini terkendala anggaran karena membutukan biaya yang sangat besar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Penggunaan geomembran sudah terlihat di beberapa embung seperti Nglanggeran [Patuk], Sriten [Nglipar] dan Tambakromo [Ponjong]. Hasilnya pun sangat signifikan, air yang ada tak mengering saat kemarau,” urai dia, Selasa (27/10/2015).

Rencananya metode penggunaan geomembran diterapkan dalam pembuatan embung baru. Namun kepastian pembangunan embung sangat bergantung dengan kebijakan dari Pemerintah DIY.

“Tahun ini tidak ada pembangunan embung. Mungkin kelanjutan pembuatan embung seperti di Sriten dan Tambakromo [2014] akan dilakukan di tahun depan,” ungkap Syarief.

Upaya mengatasi kekeringan tidak hanya sebatas membangun embung sebagai daerah tangkapan air yang baru. Cara lain yang dilakukan dengan jalan melakukan reboisasi di sekitar embung.

Setiap tahunnya, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapedal) Gunungkidul melakukan penanaman pohon sebanyak 1.500-2.000 pohon di sekitar embung atau telaga. Namun upaya ini tak dilakukan di tahun ini karena terkendala aturan dalam Undang-Undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.

“Kami tunggu kebijakan selanjutnya seperti apa? Jika mengacu pada aturan yang ada, maka program tersebut tidak bisa dijalankan,” kata Kepala Kapedal Gunungkidul Irawan Jatmiko.

Dia menjelaskan, upaya reboisasi dilakukan untuk menjaga volume air agar lebih lama bertahan. Langkah ini menjadi semakin penting karena sebagian besar telaga di Gunungkidul merupakan telaga tadah hujan. “Selain upaya penghijauan yang dilakukan pemkab, kami juga terus menyosialisasikan ke warga akan pentingnya kelestarian lingkungan di sekitar telaga,” tutur Irawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya