SOLOPOS.COM - Jumbadi, salah seorang petani di Desa Jepitu sedang memanfaatkan air yang berhasil diangkat dari sumber di Luweng Pulejajar, Desa Jepitu, Girisubo. Foto diambil beberapa waktu lalu. (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Kekeringan Gunungkidul coba diatasi dengan sejumlah cara.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pemerintah Kecamatan Girisubo akan bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Atmajaya, Kota Jogja untuk meneliti lebih dalam keberadaan sumber air di Luweng Pulejajar, Desa Jepitu, Girisubo. Diharapkan kerjasama ini dapat memaksimalkan potensi sumber air di luweng tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga : KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Sumber Air Pulejajar Butuh Perhatian Pemerintah

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Girisubo Arif Yahya mengatakan pihaknya memiliki perhatian serius terhadap keberadaan sumber air di Luweng Pulejajar. Ia tidak menampik, untuk sekarang  pengangkatan air dari lokasi sumber masih separuh jalan sehingga belum dimanfaatkan secara optimal.

“Air sudah ke permukaan, tapi belum sampai ke rumah-rumah warga,” kata Arif kepada Harianjogja.com, Selasa (15/8/2017).

Guna memaksimalkan potensi sumber di Pulejajar, dia mengakui jika pihak kecamatan berkomunikasi dengan LPPM Univeristas Atmajaya untuk melakukan penelitian lebih mendalam. Menurut Arif, dalam waktu dekat ini pihak Atmajaya akan melakukan survei lokasi terkait potensi sumber air di luweng tersebut.

“Nanti kalau survey akan kami kabari mas,” lanjutnya.

Ia pun berharap kerjasama ini dapat diwujudkan sehingga potensi air yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga masalah krisis air di wilayah Jepitu dapat diatasi.

“Selain menunggu realisasi kerjasama, kami juga harus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa untuk membuat lembaga pengelola air tersebut. Diharapkan dengan penyiapan ini, saat air dapat  dioptimalkan maka langsung dapat dikelola dengan baik,” ujar Arif.

Pegiat Komunitas Merangkul Bumi (Kombi) Desa Jepitu, Rubiyanto menjelaskan dari sisi potensi sumber di Luweng Pulejajar memiliki debit air yang melimpah. Di musim hujan, debit air di luweng bisa mencapai 150 liter per detik, sedang di musim kemarau meski ada penyusutan namun debitnya masih di kisaran 50 liter per detik. Hanya saja, sambung dia, dari potensi tersebut baru dimanfaatkan sebanyak 1,18 liter per detik.

“Ini masih bisa ditingkatkan. Namun syaratnya harus ada pipa tambahan yang dimasukan ke goa dengan panjang mencapai 1,2 kilometer,” ujarnya.

Meski demikian, optimalisasi dalam pemanfaatan tidak bisa mengandalkan dana swadaya dari masyarakat. Hal ini disebabkan masalah anggaran, sebab untuk mengalirkan air sampai ke rumah warga butuh biaya sekitar Rp2 miliar.

“Selain jarak rumah dengan lokasi sumber mencapai 5,5 kilometer, juga ada masalah beda ketinggian 230 meter sehingga butuh tenaga besar sehingga air dapat sampai rumah. Untuk mewujudkan hal ini butuh biaya yang tidak sedikit, sedang warga tidak memiliki anggaran tersebut, jadi untuk pemanfaatan memohon bantuan dari pemeritah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya