SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Rachman)

Kekeringan di Bantul mengancam 32.000 jiwa sehingga Pemda menyiapkan program khusus

Harianjogja.com, BANTUL-Lebih dari 32.000 jiwa di Bantul terancam dampak kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Guna mengantisipasi puncak musim kemarau, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul akan mengajukan permohonan dana darurat sebesar Rp2 miliar lebih kepada pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui BPBD DIY dengan menggunakan alokasi dana siap pakai.

Diharapkan, dana itu bisa segera cair sebelum Bantul memasuki puncak musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi pada September-Oktober mendatang.

Sebagai langkah awal, pihaknya kini tengah mendesak Bupati Bantul untuk segera menerbitkan Surat Keputusan (SK) terkait siaga darurat kekeringan di Bantul.

“Karena satu-satunya modal pengajuan itu ya SK dari Bupati itu,” kata Dwi Daryanto, Kepala BPBD Bantul, Selasa (14/7/2015) siang.

Dari data pemetaan yang telah dihimpunnya, untuk tahun ini, dampak kekeringan akan lebih terasa ketimbang tahun lalu. Selain lantaran musim kemarau yang relatif lebih panjang, tahun ini Bantul juga terkena dampak badai El Nino yang menghembuskan angin kencang kering ke daratan.

“Khusunya di sekitar pantai selatan,” imbuhnya.

Ia menjelaskan bantuan yang akan diterimanya dari BNPB nantinya akan diproyeksikannya untuk menghidupkan kembali fungsi sumber air bersih di masing-masing titik.

Pasalnya, saat ini, kondisi sumber-sumber air bersih itu memang nyaris tak terawat dengan baik. Masyarakat dinilainya kurang bisa mengatur dengan baik pemakaian air bersih itu.

“Di samping juga ada beberapa yang memang membutuhkan bantuan sarana seperti pipa dan pompa,” ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga berencana untuk mengaktifkan saluran rumah (SR). Dengan begitu, tak hanya bisa dimaksimalkan, masyarakat pun tak lagi harus susah payah mendapatkan air bersih yang jaraknya cukup jauh dari permukiman warga.

Dari total 32.000 lebih jiwa yang bakal terpapar langsung bencana kekeringan itu, paling banyak memang terdapat di kawasan Srimartani, Kecamatan Piyungan yang mencapai 6009 jiwa yang terdiri dari enam pedukuhan.

Rata-rata, tambahnya, kondisi titik-titik itu memang memerlukan tambahan sarana pemaksimalkan sumber air bersih. Mulai dari pipanisasi hingga pengadaan pompa mutlak diperlukan untuk mengantisipasi dampak kekeringan itu.

“Jadi jangan sedikit-sedikit mengajukan dropping air bersih. Dropping hanya jangka pendek, tak menyelesaikan masalah,” tegas Dwi.

Namun, rencana BPBD Bantul itu sepertinya sulit direalisasikan. Pasalnya, ada beberapa masyarakat yang justru menganggap sumber air yang ada tak layak dikonsumsi sebagai air minum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya