SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kekeringan Cilacap memaksa para buruh tani beralih pekerjaan menjadi pembersih ubur-ubur.

Kanalsemarang.com, CILACAP – Sejumlah buruh tani di Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terpaksa alih pekerjaan menjadi pembersih ubur-ubur karena banyak sawah masih dilanda kekeringan akibat kemarau panjang.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

“Sampai saat ini, masih banyak sawah yang kekeringan sehingga belum ada pemilik lahan yang membutuhkan tenaga buruh tani. Kebetulan saat sekarang nelayan sedang panen sehingga saya jadi pembersih ubur-ubur daripada menganggur,” kata seorang buruh tani di Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Saroh, 45, di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap, Rabu (21/10/2015).

Dia mengaku bertugas membersihkan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan yang dijual ke pengepul.

Menurut dia, tugas itu meliputi memotong kaki ubur-ubur, menghilangkan lendir, mengawetkan dengan garam, dan membungkus ubur-ubur yang akan diekspor.

“Bau ubur-ubur memang menyengat dan sering menimbulkan gatal-gatal pada tangan tapi hasilnya lumayan, bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.

Ia mengatakan bahwa upah untuk membersihkan ubur-ubur berkisar Rp35.000-Rp50.000 per hari.

“Kalau perempuan mendapat upah sebesar Rp35.000 per hari sedangkan laki-laki Rp50.000 per hari,” katanya.

Nelayan di Cilacap saat ini sedang memasuki musim panen karena berbagai jenis ikan dan ubur-ubur bermunculan di perairan selatan Jawa Tengah.

Ubur-ubur matahari merupakan jenis yang paling banyak dicari nelayan Cilacap karena bisa dikonsumsi dan menjadi komoditas ekspor dengan negara tujuan Tiongkok, Taiwan, dan Jepang untuk dijadikan bahan kosmetik,
Harga jual ubur-ubur di tingkat pengepul saat ini mencapai Rp1.200 per kilogram.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Indon Tjahjono mengakui bahwa kemarau panjang memberikan berkah bagi nelayan karena merupakan musim panen.

Akan tetapi, katanya, bagi petani, kemarau panjang menjadikan masa paceklik.

Terkait keberadaan ubur-ubur, dia mengatakan bahwa binatang laut yang dikenal dengan sebutan “Jelly Fish” itu, banyak bermunculan di perairan selatan Jateng ketika terjadi kemarau panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya