SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis)

Kekeringan Cilacap mengakibatkan ribuan warga mengalami krisis air bersih.

Kanalsemarang.com, CILACAP-Sebanyak 19.860 keluarga di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang, kata seorang pejabat daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Hingga saat ini, sebanyak 19.860 keluarga yang tersebar di 43 desa dari 13 kecamatan mengalami krisis air bersih,” kata Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara di Cilacap, Selasa (27/10/2015).

Ia mengatakan bencana kekeringan terparah melanda Kecamatan Kawunganten dan Patimuan. Di Kawunganten terdapat delapan desa dengan 4.421 keluarga yang mengalami krisis air bersih.

Menurut dia, sumber air bersih maupun sumur-sumur di wilayah tersebut banyak yang telah mengering karena lama tidak ada hujan sedangkan di Patimuan terdapat tujuh desa dengan 4.441 keluarga yang terdampak kekeringan.

Kalaupun sumur-sumur warga masih ada airnya, kata dia, tidak layak konsumsi karena telah terintrusi air laut.

“Oleh karena itu, warga setempat mengandalkan bantuan air bersih dari BPBD maupun instansi lainnya. Kadang mereka juga membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.

Bahkan, kata dia, warga yang mengalami krisis air bersih di Kecamatan Patimuan kadang memanfaatkan air keruh serta berbau untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Selain delapan desa di Kecamatan Kawunganten, kata dia, krisis air bersih juga dirasakan 2.820 keluarga dari empat desa di Kecamatan Bantarsari, 880 keluarga dari satu desa di Kecamatan Kesugihan, 1.824 keluarga dari lima desa di Kecamatan Gandrungmangu, 1.248 keluarga dari empat desa di Kecamatan Jeruklegi, 127 keluarga dari satu desa di Kecamatan Cipari.

Selanjutnya, 686 keluarga dari dua desa di Kecamatan Kampung Laut, 1.588 keluarga dari dua desa di Kecamatan Karangpucung, 881 keluarga dari empat desa di Kecamatan Kedungreja, 182 keluarga dari satu desa di Kecamatan Adipala, 481 keluarga dari satu desa di Kecamatan Wanareja, dan 271 keluarga dari satu desa di Kecamatan Cimanggu.

“Hingga hari Senin [26/10/2015], kami telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 600 tangki untuk 19.860 keluarga dari 43 desa di 13 kecamatan tersebut. Sementara daerah rawan kekeringan hingga saat ini telah mencapai 90 desa di 16 kecamatan,” katanya.

Tri Komara mengatakan sebagian besar desa yang mengalami kekeringan tersebut merupakan daerah perbukitan dan wilayah sedimentasi laguna Segara Anakan.

Oleh karena kondisi geografisnya seperti itu, kata dia, permasalahan kekeringan dipastikan terus terulang setiap tahun sehingga diperlukan penyelesaian permanen agar masyarakat tetap bisa menikmati air bersih saat musim kemarau.

Menurut dia, salah satu upaya penyelesaian kekeringan yang digagas berupa pembangunan instalasi sumur bor dengan kedalaman lebih dari 150 meter di sejumlah daerah rawan kekeringan.

Akan tetapi, lanjut dia, gagasan tersebut masih sebatas rencana dan belum dapat dipastikan kapan pelaksanaannya karena banyak tahapan yang harus dilalui.

“Tahapan yang harus ditempuh, yakni penelitian geologi serta soal penganggaran yang tentunya harus mendapatkan persetujuan dari DPRD. Jika ini terealiasi, ke depan diharapkan tidak akan ada lagi masyarakat yang kesulitan air bersih,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya