SOLOPOS.COM - ilustrsai (google img)

Solopos.com, SOLO–Dunia pendidikan di kota Solo kembali tercoreng dengan aksi kekerasan oknum guru terhadap siswanya. Kali ini, korbannya adalah siswa kelas III SD Islam Bakti Joyotakan, Kecamatan Serengan, RSP,9. Bocah berusia sembilan tahun tersebut menderita luka lebam di bagian wajah akibat lemparan penghapus oknum gurunya, Kamis (8/5/2014).

Informasi yang dihimpun solopos.com, peristiwa tersebut terjadi saat jam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Saat itu, korban tengah bercanda bersama temannya di dalam kelas. Sang guru SI sudah berusaha berkali-kali menegur korban. Karena tidak kunjung tenang, SI kesal dan melemparkan sebuah penghapus ke arah korban.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibat kejadian tersebut bocah yang beralamat di  Kwarasan, Grogol, Sukoharjo itu menderita luka lebam di bagian pelipis kiri bawah matanya. Korban juga sempat mengeluh kesulitan untuk melihat.

Seusai sekolah, paman korban, MH, yang menjemput RSP diminta menghadap SI. MH kaget melihat kondisi keponakannya. Lalu, MH diberi penjelasan ikhwal perilaku keponakannya.

Sesampainya di rumah, ayah korban, WAP, 35, tidak terima dengan perbuatan guru terhadap anaknya. Keluarga korban akhirnya melaporkan kasus tersebut ke Mapolsek Serengan sekitar pukul 19.00 WIB, Kamis.

Kedatangan keluarga korban ke Mapolsek didampingi oleh aktivis sosial,  A. Farid Umar Assegaf. Kepada solopos.com, Farid menyayangkan tindakan oknum guru yang melakukan tindakan kekerasan terhadap muridnya.

“Tidak bisa dibenarkan seorang pendidik melakukan tindakan kekerasan kekerasan terhadap anak didiknya. Apalagi, ini sampai melukai organ vital dari siswa, di bagian bawah mata kiri,” katanya kepada solopos.com di lokasi.

Menurutnya, seorang guru seharusnya memberikan contoh yang baik bagi siswanya. Dia berjanji mengawal kasus ini sampai tuntas. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi lagi kasus serupa.

Sementara, Kepala SD Islam Bakti Joyotakan, Julianto, yang Kamis malam datang ke Mapolsek Serengan berusaha untuk memediasi kasus tersebut. “Saya tidak begitu tahu persis kejadiannya, namun kami ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan,” ujarnya kepada solopos.com di lokasi, Kamis.

Sementara, guru terlapor, SI, yang juga datang ke Mapolsek mengakui perbuatannya. Menurutnya, tindakannya tersebut karena emosi sesaat. “Korban sebelumnya ramai terus di dalam keras dan sudah berkali-kali saya ingatkan. Saya meminta maaf kepada keluarga korban atas kejadian tersebut,” paparnya kepada solopos.com, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya