SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap anak (JIBI/Dok)

Kekerasan terhadap anak di Sragen sangat tidak manusiawi.

Solopos.comm, SRAGEN — Penderitaan yang dialami siswi kelas I SMP Sragan, RS, 14, semakin bertambah. Tuduhan mencuri sandal jepit yang belum terbukti. Diluncuti busananya dan diarak keliling kampung tanpa busana dialami gadis Karangmalang. Tak hanya itu, dia mengalami tindakan sadis, yakni foto saat diarak tanpa busana keliling kampung itu telah tersebar luas.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Baca:
Dituduh Curi Sandal, Gadis Sragen Diarak Tanpa Busana
Siswi SMP Sragen Nyaris Potong Urat Nadi Karena Depresi

Gadis Karangmalang, RS, 14, mendapat perlakuan tidak manusiawi dari tetangga kampungnya berinisial K, 47. Gadis belia yang baru duduk di bangku kelas I SMP itu dituduh K mencuri sendal jepit dan pakaian bekas yang nilainya tidak seberapa, dua pekan lalu.

“Anak itu diarak ke kampung sembari dikatai-katai maling-maling. Banyak orang yang melihat tindakan bejat tak berperi kemanusiaan itu. Saya jadi geram ketika tak satu pun dari warga dan perangkat desa yang menahan atau mencegah aksi kurang ajar itu,” ujar Sugiyarsi, Ketua Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) Sragen, yang mendampingi RS saat dimintai keterangan di Unit Perlindungan Anak Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Sragen, Selasa (12/1/2016).

Sugiyarsi mendesak kepada aparat kepolisian untuk menindak tegas K sesuai aturan yang berlaku. Dia menilai K tidak hanya dijerat UU Perlindungan Anak tetapi juga kena UU Pornografi karena foto RS saat diarak itu disebarluaskan ke warung-warung hingga ke luar desa. Pendampingan Sugiyarsi didukung oleh Komisi Penegakan Hak Asasi Manusia (Kompak HAM) Sragen.

Sekretaris Kompak HAM Sragen, Dalimin, mengatakan K tinggal di dukuh sebelah. Dalimin juga geram dengan tingkah K yang tidak manusiawi. Dia mengatakan K juga pernah menonjok anak-anak sampai berdarah tetapi tak pernah diproses.

“Saya tak habis pikir. Harga sendal jepit itu berapa? Orang tuanya tidak terima tetapi tak ada daya dan keberanian untuk lapor polisi. Bagi kami masa depan anak itu lebih penting. RS mengalami guncangan psikis yang luar biasa. Bahkan sempat mau bunuh diri tetapi bisa diketahui keluarga,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, RS tinggal bersama orangtua angkatnya. Mereka merupakan keluarga miskin di desa itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya