SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap anak (JIBI/Solopos/Dok)

Kekerasan terhadap anak semakin memprihantinkan.

Kanalsemarang,com, SEMARANG – Ketua Yayasan Setara Semarang Hening Budiawati mengungkapkan potensi terjadinya kekerasan terhadap anak sekarang ini relatif sulit teridentifikasi.

Promosi Keren! BRI Raih Enam Penghargaan di PR Indonesia Awards 2024

“Semua orang ternyata punya potensi menjadi pelaku kekerasan. Jadi, susah untuk mengidentifikasi,” katanya di Semarang, Jumat (16/10/2015), menanggapi maraknya kasus kekerasan terhadap anak.

Berkaca dari berbagai pemberitaan mengenai kasus kekerasan terhadap anak, kata dia, ternyata semua orang berpotensi menjadi pelaku kekerasan, baik orang luar maupun dekat.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia menyebutkan adanya kasus kekerasan anak yang dilakukan tetangga, kawan sekolahnya, guru, kepala sekolahnya, termasuk orang tuanya sendiri sehingga semuanya harus diwaspadai.

“Beberapa waktu lalu, ada video kasus kekerasan terhadap anak di sekolah yang dilakukan teman-teman sekolahnya sendiri. Ini kan menunjukkan betapa rentannya anak menjadi korban,” katanya.

Menurut dia, upaya yang harus dilakukan sebagai bentuk pencegahan adalah bermuara dari pendidikan di keluarga sebagai entitas sosial terkecil untuk memberikan pemahaman kepada anak.

Hening mengatakan orang tua harus mengintensifkan komunikasi verbal yang bersifat langsung kepada anak yang berjalan secara dua arah untuk mengasuh dan membentuk karakternya.

Namun, ia mengakui sekarang ini kebanyakan orang tua cenderung menggantungkan kepada teknologi dalam membentuk karakter, mengasuh, dan mendidik anaknya yang sebenarnya kurang tepat.

“Orang tua merasa dengan memberikan fasilitas cukup, namun tidak tahu kemudian bagaimana mengontrolnya. Anak-anak sibuk dengan tugas sekolahnya, demikian pula dengan orang tua,” katanya.

Akhirnya, kata dia, komunikasi verbal yang semestinya terjalin antara orang tua dan anak menjadi sangat kurang yang mengakibatkan anak-anak menjadi asosial dan salah pergaulan.

“Implikasinya, anak-anak menjadi kurang awas dan waspada terhadap pergaulannya. Tidak tahu bahaya potensi terjadinya kekerasan. Padahal, semua orang berpotensi menjadi pelaku,” katanya.

Mengenai kasus kekerasan terhadap anak, ia mengatakan realitas yang terjadi bisa jadi lebih banyak dari kasus-kasus yang selama ini terungkap karena banyak yang tidak terekspose.

“Kalaupun ada data kasus kekerasan anak, itu kan hanya yang berani melapor. Di luar itu, banyak yang mungkin tidak berani atau tidak tahu ke mana harus melapor,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya