SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap anak (JIBI/Solopos/Dok.)

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak disebut juga mirip dengan fenomena gunung es.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak diketahui meningkat pada 2016 lalu. Namun, hal itu justru menjadi salah satu penanda jika masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap penanganan kasus kekerasan di sekitarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulonprogo, Woro Kandini Andayani, Selasa (28/2/2017). Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak disebut juga mirip dengan fenomena gunung es. Menurut Woro, masih banyak kasus yang belum terungkap. “Kalau mereka sudah berani melapor, itu hal bagus karena kami bisa segera menindaklanjuti,” kata Woro.

Ekspedisi Mudik 2024

Woro berpendapat, banyak korban kekerasan yang merasa malu atau takut untuk melaporkan kekerasan yang dialami. Mereka cenderung menganggapnya sebagai masalah pribadi dan akan menjadi aib keluarga apabila diketahui orang lain. Di sisi lain, orang-orang di sekitar korban juga sering kali ragu untuk melapor. Hal itu umumnya terjadi pada kasus kekerasan dalam rumah tangga. Sebagian masyarakat masih menganggapnya sebagai masalah domestik yang tidak membutuhkan orang lain untuk ikut campur. Padahal, bisa jadi korban sedang menunggu untuk diselamatkan.

Pemkab Kulonprogo memiliki Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kerja sama juga dijalin dengan instansi terkait lain, termasuk kepolisian dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Woro memaparkan, sosialisasi terus dilakukan agar masyarakat memahami hak-hak mereka dalam kehidupan sosial, seperti mendapatkan perlindungan dan bebas dari penyiksaan. Masyarakat juga diajak lebih peduli dan responsif terhadap kasus kekerasan yang barangkali menimpa orang-orang di sekitar mereka.

Woro lalu mengatakan, setiap laporan yang masuk pasti ditindaklanjuti secepatnya. Korban juga bakal mendapatkan perawatan medis, termasuk layanan konseling. “Kita berusaha membangkitkan kembali semangat korban supata tidak trauma dan bisa kembali hidup dengan nyaman,” ucap Woro.

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kulonprogo, Eko Pranyata pun sepakat jika jumlah korban lebih banyak dibandingkan angka yang dikantongi pemerintah. Selain malu, korban bersangkutan bisa jadi tidak tahu cara melaporkan kasus kekerasan yang terjadi padanya. “Pencegahan dan penanganan dilakukan dengan menggerakkan seluruh elemen masyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan,” ungkap Eko

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya