SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap anak (JIBI/Dok)

Pencegahan kekerasan seksual yang menghantui anak pada usia dini membutuhkan peran yang sangat besar dari keluarga terutama orang tua.

Harianjogja.com, WONOSARI-Kekerasan seksual pada anak menjadi bayang-bayang seram orang tua. Keluarga dan lingkungan mesti berperan menjadi tahapan awal bagi anak untuk menanamkan informasi sebanyak mungkin termasuk yang terkait dengan tema seksualitas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Indiah Wahyu Andari, salah seorang aktivis di LSM Rifka Annisa Woman Crisis Center (RAWCC), mengatakan pencegahan kekerasan seksual yang menghantui anak pada usia dini membutuhkan peran yang sangat besar dari keluarga terutama orang tua. Kekeresan seksual dapat terjadi di seluruh usia perkembangan anak, sehingga cara yang harus dilakukan orangtua pun harus berbeda-beda.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk anak usia balita, orangtua dapat memberikan edukasi kepada melalui pengenalan tubuh.Perlu ada perubahan dari edukasi masa lalu bahwa edukasi yang terkait reproduksi adalah hal yang tabu.

“Berikan pemahaman kepada anak bahwa seluruh organ tubuh adalah penting, tidak perlu dibedakan. Termasuk organ-organ reproduksi,” kata dia, Minggu (24/7/2016).

Menurutnya, pemahaman tersebut penting dilakuakan untuk mengedukasi anak agar mengetahui fungsi dari organ tubuhnya, terutama yang kasat mata.
Selain itu, yang tak kalah penting ialah orangtua memberikan pengertian bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain tanpa pengawasan orangtua.

Hal tersebut perlu diberikan kepada anak, karena permasalahannya adalah anak tidak dapat mengenali mana orang yang terindikasi akan berbuat jahat atau tidak.

“Ketika orang tua sudah membekali itu, dan ada orang yang berpotensi melakukan kejahatan di organ vitalnya minimal anak akan berteriak atau meminta erlindungan orang di sekitarnya,” ujarnya.

Indiah melanjutkan bahwa seiring berjalannya waktu, usia anak akan bertumbuh remaja dan fungsi organ reproduksi pada anak akan meningkat. Pengetahuan anak tentang alat reproduksi pun semakin luas. Saat itu adalah waktu yang tepat bagi orangetua untuk berdiskusi terkait edukasi seksualitas yang disangkutkan dengan norma masyarakat, nora agama, maupun kaitannya dengan kesehatan.
Orangua pun dituntut untukmemiliki pengetahuan yang luas, sehingga dapat memberikan informasi yang benar kepada anak.

Setelah peran keluarga, lingkungan menjadi tempat kedua bagi anak bertumbuh dan sekolah salah satu yang masuk ke dalamnya.

Kepala Sekolah SD Wonosari 6, Iriyan Swasini mengatakan bahwa pihaknya sangat memerhatikan keselamatan murid didiknya. Ia mengatakan bahwa pihaknya turut bertanggungjawab terhadap anak yang telah dipercayakan oleh wali murid untuk
belajar di sekolah yang ia ampu. Bentuk tanggungjawab tersebut yakni memberikan edukasi kepada murid baik laki maupun perempuan terkait pendidikan mengenai seksualitas.

“Kami berikan pemahaman kepada anak, menjelaskan dengan sederhana kepada mereka bagaimana caranya bergaul dengan teman sebaya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya