SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

JOGJA—Kekerasan terhadap perempuan dan anak di DIY setiap tahun cenderung meningkat. Namun disinyalir banyak korban masih takut melaporkan kejadian yang dialaminya.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Ketua Umum Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) DIY GKR Hemas mengatakan, berdasarkan data Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (PK2PA) DIY, selama 2010 terdapat 1.305 kasus kekerasan yang ditangani. Jumlah tersebut naik pada 2011 menjadi 1.666 kasus dan 87% korban kekerasan dialami perempuan.

“Kasus kekerasan yang terjadi di DIY tidak hanya menunjukkan peningkatan dalam kuantitas, tapi juga kualitasnya. Misalnya kasus kekerasan yang dialami pelajar SMA di Wonosari di mana pelakunya diduga polisi,” terangnya usai peresmian Gedung Pusat Pelayann Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami, Jumat (1/2/2013).

Pelayanan P2TPA Rekso Dyah Utami berada di bawah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY. Menurut GKR Hemas, untuk menekan tumbuhnya kasus itu,dibutuhkan keberanian warga untuk melapor kejadian yang dialami. “Perlu sosialisasi dan pemahaman agar korban berani melapor,” tegas Hemas.

Penanganan korban kekerasan, imbunya semestinya juga dilakukan terpadu, termasuk memberikan pelayanan pendampingan gratis kepada korban kekerasan. Menurutnya, persoalan-persoalan perlindungan perempuan dan anak ke depan tidak mudah ditangani lantaran kasus yang muncul kian kompleks.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya