SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Kekerasan Jogja berupa aksi klithih disebabkan masalah keluarga.

Harianjogja.com, SLEMAN – Polisi menyimpulkan ketidakharmonisan dalam keluarga menjadi pemicu utama aksi klithih yang banyak merenggut korban jiwa di DIY selama ini. Pernyataan polisi ini didasarkan atas data aksi klithih yang terjadi di seluruh wilayah DIY dari Januari 2016 hingga awal Maret 2017.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga : KEKERASAN JOGJA : Keluarga Tidak Harmonis Jadi Biang Keladi Klithih di Kalangan Pelajar

Keinginan mereka, jelas Anggota Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas) Polres Sleman Brigadil (Pol) Djoeni, semakin menjadi-jadi ketika masuk dalam kelompok geng pelajar. Dari semua kasus yang terjadi, wilayah Sleman paling mendominasi, yakni ada 22 aksi klithih sepanjang setahun terakhir.

Lebih lanjut Djoeni meyakini sangat masuk akal apabila para pelajar ini lantas menjadi brutal karena tidak mendapat perhatian yang cukup dari orangtuanya.

“Sayangnya banyak orangtua hanya menyerahkan pendidikan si anak kepada sekolah. Sementara mereka sibuk dengan bisnisnya atau kesibukan lainnya. Anak sudah larut malam enggak pulang dibiarkan saja, esoknya tidak ditegur. Di situlah artinya tidak ada ikatan kuat antara anak dan orangtua.  Jika seperti ini terus mata rantai aksi kekerasan pelajar ini susah dihentikan,” tandasnya, dalam diskusi bertema Mengatasi Klithih di Jogja yang berlangsung di Warung Soto Kudus Jalan Monjali, Senin (13/3/2017).

Sejauh ini, lanjut Djoeni, kepolisian juga sudah berusaha maksimal melakukan aksi sosialisasi. Penyuluhan telah menjangkau sekolah dan lingkungan masyarakat. Hanya saja, menurut Djoeni, percuma saja sosialisasi dilakukan jika tidak ada upaya riil dari keluarga untuk memberikan perhatian lebih pada diri sang anak.

Upaya pencegahan aksi klitih terbaru yang sedang gencar dilakukan kepolisian adalah dengan melakukan safari salat Subuh berjamaah. Prakteknya anggota masing-masing Polsek yang sedang melakukan patroli keliling lantas menjangkau masjid-masjid untuk memberikan sosialisasi kepada jamaah masjid tentang pentingnya peran keluarga.

“Cara itu terbukti efektif dan hasil nyatanya ada di wilayah Berbah. Dulu aksi klithih marak di situ tapi sekarang hampir tidak ada lagi karena gencarnya patroli juga,” imbuhnya.

Selanjutnya, papar Djoeni, kepolisian juga mengajak masyarakat untuk mengaktifkan secara intensif kegiatan Siskamling. Dengan efektifnya Siskamling diharapkan masyarakat bisa membubarkan ketika mendapati adanya kelompok-kelompok remaja yang sedang bergerombol dengan kegiatan tidak jelas.

Sementara Ketua Satgas Kenakalan Remaja Kota Jogja Endra Widyarsono dalam kesempatan itu menjabarkan, sejauh ini aksi aksi klithih lebih banyak dilakukan pelajar dari sekolah swasta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya