SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Bangku Siswa (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kasus kekerasan oleh guru kepada siswa diduga terjadi di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Tragisnya, siswa yang menuntut penggantian guru justru mendapat tekanan dari beberapa guru lain.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Bahkan, para siswa kelas III Teknis Sepeda Motor Yamaha (TSMY) yang melakukan protes dengan membentangkan spanduk permohonan penggantian wali kelas di depan kelas mereka pada Sabtu (16/11/2013) sempat diancam untuk dikeluarkan dari sekolah jika tak menghentikan tuntutan tersebut.

Salah seorang sumber Solopos.com dari kalangan siswa mengatakan permasalahan itu bermula dari adanya pentas seni di sekolah mereka pada Sabtu (26/10/2013). Menurutnya, para siswa tarik-ulur menunggu kedatangan teman sekelas lain. Padahal, sang wali kelas, LH meminta mereka segera melakukan geladi bersih sebelum mereka maju pentas LH kemudian menendang 21 siswa yang sudah berkumpul itu.  Diduga, LH melakukan hal itu karena kesal kepada para siswa yang tak menuruti perintahnya untuk segera melakukan geladi bersih.

“Jumlah siswa di kelas ada 31 orang. 10 siswa lain yang tidak ditendang pada waktu itu sedang ada aktivitas lain seperti ujian susulan,” ungkap sumber Solopos.com.

Sumber Solopos.com lainnya dari kalangan siswa mengatakan setelah berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling, para siswa akhirnya melaporkan kejadian itu kepada Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah Sukoharjo, Senin (11/11/2013). Mereka melakukan hal itu karena sudah memprediksi jika pihak sekolah tak akan tegas menindak sang wali kelas.

“Siswa meminta agar wali kelas itu diganti. Pak LH juga mempermasalahkan alasan siswa melaporkan penendangan itu karena menurutnya ia tak menendang dengan keras. Padahal tendangan cukup keras,” ujar sumber Solopos.com.

Salah seorang guru kesiswaan, Taufik, kemudian mengumpulkan para siswa dan menasehati mereka untuk tak memperpanjang masalah. Para siswa menyetujui hal itu dengan syarat LH tak menendang mereka lagi, tak mengungkit-ungkit masalah itu dan tak mendiskriminasi siswa.

“Saat pelajaran Bahasa Indonesia, Pak LH malah mengungkit-ungkit masalah itu. Sebagian siswa kemudian melaporkan hal itu ke Wakil Kepala Urusan Kurikulum, Pak Sigit. Tapi beliau tak bisa ambil keputusan. Malah di depan kelas, Pak LH mengancam kalau dia sampai keluar, dia akan jadi berandal dan akan membunuh salah seorang siswa yang ia tuduh menjadi provokator,” kata sumber Solopos.com.

Puncak konflik terjadi pada Sabtu (16/11/2013). Siswa membentangkan spanduk di depan kelas mereka. Dalam spanduk itu, mereka meminta tuntutan penggantian guru dipenuhi. Namun, lima orang guru kemudian masuk kelas dan membentak-bentak mereka.  Para siswa diancam akan dikeluarkan jika melanjutkan aksi protes.

Sebagian guru bahkan mengancam jika ada siswa yang memanggil orang tua mereka ke sekolah, siswa akan langsung dipulangkan bersama orang tuanya. Pada kesempatan itu, semua telepon seluler (ponsel) siswa kelas XII TSMY juga disita pihak sekolah.

“Ada ancaman, siswa tak bisa ikut ujian nasional juga. Semua orang ketakutan, bahkan semua siswa menangis saking takutnya,” ujar sumber Solopos.com lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya