SOLOPOS.COM - Asisten Deputi Perlindungan Anak KPPA, Rini Handayani (kanan), bersama dua peneliti dari Unicef, Emili Minnick (tengah), dan Prof. Lucy Bowes, saat memaparkan program penekanan aksi bullying di Hotel Grandika, Semarang, Selasa (20/3/2018). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Kekerasan maupun bullying terhadap anak di Semarang membuat Unicef turun tangan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Badan organisasi dunia milik PBB, United Nations Children’s Fund (Unicef) menjadikan Kota Semarang sebagai kota percontohan dalam menekan maraknya kasus kekerasan maupun bullying terhadap anak di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bekerja sama dengan Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA), Unicef meluncurkan program yang diyakini mampu menekan kekerasan maupun bullying terhadap anak, yakni Positif Disiplin.

Asisten Deputi Perlindungan Anak KPPA, Rini Handayani, mengatakan selain Semarang, ada dua daerah lain yang juga menjadi percontohan program dari  Unicef tersebut. Kedua daerah itu, yakni Kabupaten Klaten dan Kota Makassar.

“Kami belum menyurvei secara keseluruhan, tapi Jawa Tengah menempati urutan lima besar dalam kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Kenapa Semarang dan Klaten kami pilih [percontohan program Unicef], karena kedua daerah itu telah mendeklarasikan sebagai Kota Layak Anak,” ujar Rini saat dijumpai Semarangpos.com di sela sosialisasi program Unicef di Hotel Grandika, Semarang, Selasa (20/3/2018).

Rini menyebutkan untuk saat ini, program dari Unicef itu baru diaplikasikan di dua sekolah di Semarang dan Klaten. Ke depan, ia berharap program itu bisa diterapkan di seluruh daerah di Indonesia mengingat maraknya kasus kekerasan terhadap anak belakangan ini.

Sementara itu, Spesialis Perlindungan Anak dan Gender Unicef, Emilie Minnick, mengatakan bahwa Indonesia bukanlah negara dengan jumlah kasus kekerasan terhadap anak tertinggi di dunia. Meski demikian, kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia terbilang tinggi.

“Penelitian kami menemukan bahwa satu dari lima anak di Indonesia kerap menjadi korban bullying. Jumlah itu terbilang tinggi, meski pun bukan yang tertinggi di dunia,” ujar perempuan berambut pirang itu.

Tingginya kasus itu, pun membuat Unicef membuat program yang dipercaya mampu mencegah kekerasan maupun bullying terhadap anak. Ia yakin program Positif Disiplin yang digagas Unicef itu mampu menekan angka kekerasan terhadap anak di Indonesia.

“Program ini sangat istimewa karena mengajak anak untuk ikut serta dalam mencegah tindakan bullying. Anak akan berkolaborasi dengan teman-teman maupun guru atau orang tua dalam mencegah kekerasan,” ujar Emilie.

Senada juga diungkapkan peneliti lain dari Unicef, Prof. Lucy Bowes. Guru besar dari Oxford University itu mengatakan dalam program ini anak akan diajak aktif berkomunikasi dan memilih 10 rekan yang mereka anggap mampu dijadikan partner dalam mencegah kekerasan.

“Kami optimistis program ini akan berhasil. Kami tidak bisa menyebut angka. Tapi, kemungkinan besar mampu menekan angka kekerasan terhadap anak,” ujar Lucy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya