SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap anak (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kekerasan di Gunungkidul masih banyak melibatkan anak-anak di bawah umur, terutama masalah pelecehan seksual. Hingga awal Desember ini kekerasan anak mencapai 20 kasus. Rinciannya, 19 kasus dialami anak perempuan, dan satu kasus dialami anak laki-laki.

Kekerasan di Gunungkidul cukup memprihatinkan, sebab hingga saat ini jumlahnya sama persis dengan kasus di tahun lalu, yakni 20 kasus.
Sementara dalam waktu enam tahun terakhir, angka kekerasan seksual terhadap anak mencapai 108 kasus. Psikiater Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Wonosari, Ida Rochmawati mengatakan kekerasan yang diterima bervariasi, ada yang berupa kekerasan fisik, psikis. Akan
tetapi kebanyakan terkena kasus pelecehan seksual. Menurut dia, tingginya kasus kekerasan seksual disebabkan banyak faktor, seperti

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Penggunaan Media Sosial Kian Marak
Perkembangan teknologi memberikan peran yang besar. di satu sisi bisa memberikan dampak yang positif, namun di sisi lain juga tak jarang
berkaibat fatal.

“Anak-anak sekarang lebih mudah mengakses situs-situs dengan konten khusus orang dewasa. Harusnya, ini ada regulasi untuk mengaturnya,”
kata Ida saat ditemui wartawan usai acara Seminar HKN ke-50 dengan tema antisipasi pelecehan seksual pada anak dan remaja dan
sosialisasi JKN pada pelajar di kantor Pemkab Gunungkidul, Selasa (16/12/2014).

Semakin Sejahtera, Masa Pubertas Lebih Cepat
Dia menjelaskan di sisi lain yang tak kalah penting, tingkat kesejahteraan masyarakat juga ikut berperan. Pasalnya, pemenuhan gizi yang cukup
ternyata berdampak terhadap masa pubertas yang lebih awal.

“Kalau dulu anak perempuan baru biasa menstruasi saat memasuki SMP, tapi sekarang anak SD sudah banyak. kondisi ini juga terjadi di anak
laki-laki,” ungkapnya.

Lebih jauh dikatakan Ida, masa pubertas membuat dorongan seksual jadi semakin tinggi. Hal ini perlu mendapatkan pengawasan yang serius,
sebab kalau salah dalam penanganan akan menjerumuskan anak ke tindakan asusila.

“Kita harus akui kondisi masyarakat begitu permisif. Dulu hamil di luar nikah merupakan hal yang tabu, tapi sekarang masyarakat  menganggap sebagai hal yang biasa,” kata dia lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya