SOLOPOS.COM - Pemanah membidik target bandul pada kategori Jemparing Tradisional dalam Sipas Solo Open 2017 di Benteng Vastenburg, Solo, Minggu (22/10/2017). Lomba panahan yang diikuti peserta dari berbagai daerah di Jawa dan Bali tersebut dalam rangka memperingati HUT ke-2 yayasan Semut Ireng Pop Archery Sriwedari (SIPAS) Solo sekaligus upaya pelestarian panahan tradisional. (M. Ferry Setiawan/JIBI/Solopos)

Kejuaraan panahan dilaksanakan di Benteng Vastenburg Solo.

Solopos.com, SOLO — Angin bertiup sedikit kencang saat Tukiman, 50, berkonsentrasi untuk melepaskan anak panah di kompleks Benteng Vastenburg Solo, Minggu (22/10/2017). Pemanah asal klub Brotodiningrat Jogja itu menarik napas dalam-dalam sebelum melepaskan anak panah. Tak lama, anak panah itu mengarah tepat mengenai kepala bandulan yang menjadi objek bidikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tukiman merupakan satu dari ratusan peserta lomba panah tradisional atau jemparingan pada ajang Semut Ireng Pop Archery Sriwedari (SIPAS) Solo Open Archery Competition 2017 pada hari itu. Semua peserta wajib mengenakan balutan pakaian tradisional sesuai dengan daerah masing-masing. Lomba panahan tradisional itu diikuti ratusan peserta dari pelosok Tanah Air.

Saat memasuki rambahan kedua, Tukiman sudah bisa membidik bagian kepala bandulan yang berjarak 18 meter. Namun, bidikan terbaik itu sulit diulangi oleh Tukiman. Hingga rambahan ke-17, dia hanya mampu menambah dua poin setelah anak panahnya dua kali mengenai bagian badan bandulan.

“Tembakan saya meleset tipis di bagian kepala terus. Sekarang poin saya masih 5. Tapi poin saya masih bisa bertambah karena masih ada tiga rambahan lagi,” ujar Tukiman kala berbincang dengan  di sela-sela mengikuti perlombaan.

Tukiman mengakui tidak mudah membidik kepala bandulan yang berwarna merah untuk meraih poin tertinggi. Dibutuhkan ketenangan dan pikiran fokus. Namun, sorak-sorai dari sesama pemanah lain kerap kali mengganggu konsentrasinya.

Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan dalam membidik kepala bandulan adalah tiupan angin. “Tadi saya menggeser arah anak panah sedikit ke kanan karena angin bertiup ke kiri,” ujarnya.

Meski sudah berusia 50 tahun, Tukiman masih menaruh minat kuat pada jemparingan. Olahraga itu sudah digelutinya sejak lima tahun lalu. “Motivasi saya ingin melestarikan jemparingan sebagai budaya warisan nenek moyang,” ujarnya.

Dalam turnamen ini, Kridho Hasto Solo mendominasi perolehan juara. Di ronde putri, Sujiati dari Kridho Hasto Solo mampu meraih Juara I dengan raihan 6 poin, Kinawani dari Jogja meraih Juara II dengan raihan 5 poin dan Novi dari Kridho Hasto meraih Juara III dengan raihan 5 poin. Di ronde putra, Juara I diraih Purwanto dari Jogja dengan raihan 15 poin, Juara II diraih Pinggir dari Kridho Hasto dengan 11 poin, sedangkan Juara III diraih Ryanto dari Kridho Hasto dengan raihan 10 poin.

Sementara di ronde beregu yang memperebutkan piala bergilir, Atma Jaya B dari Jogja meraih Juara I dengan raihan 24 poin. Juara II diraih Kridho Hasto dengan raihan 19 poin, sedangkan Juara III diraih Klaten B dengan raihan 13 poin.

Para pemanah Soloraya menunjukkan taringnya di ronde nasional umum putra. Supri dari Kridho Hasto mampu menduduki peringkat I dengan raihan 296 poin. Disusul Kasim dari NPC Klaten di peringkat II dengan 295 poin dan Arlyndiamedra dari KKO SMPN 1 Solo di peringkat III dengan 291 poin.

“Juara Umum ronde nasional berhak meraih piala tetap. Juara umum ronde nasional diraih oleh Kridho Hasto,” ujar koordinator pertandingan, Idya Putra, saat ditemui di lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya