SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bridge (JIBI/SOLOPOS/dok)

Kejuaran bridge Wali Kota Solo Cup VII bakal digelar Minggu (4/9/2016).

Solopos.com, SOLO — Pengurus Kota (Pengkot) Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi) Solo berjuang memerbaiki peringkat dalam kejuaraan bridge Wali Kota Solo Cup VII 2016 yang akan digelar di GOR Manahan, Minggu (4/9/2016). Sebanyak 80 pasang atlet bridge dari sejumlah daerah di Indonesia bakal bertarung dalam kejuaraan.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Informasi yang dihimpun Solopos.com, sejumlah atlet dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta hingga Lampung siap adu strategi dalam kompetisi. Tuan rumah Solo masih memajukan atlet-atlet kawakan untuk merebut medali seperti pasangan Lilik Joko S/Pambudi serta Kardoyo/Joko Purwanto.

Total ada 10 pasangan atlet yang mewakili Solo dalam kejuaraan. Kontingen Solo bakal mendapat lawan berat seperti pasangan Santoso Sie/Kustriyanto dan Tanto/Andi dari Semarang serta pasangan Faturrahman/Kamal dari Jogjakarta.

Sekretaris Gabsi Solo, Nindyo Purnomo, membidik Wali Kota Cup sebagai ajang memerbaiki prestasi sekaligus persiapan menuju Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) bridge di Wonosobo, Oktober.

Di dua kejuaraan sebelumnya, wakil Solo mendapat hasil kurang maksimal. Pasangan Nindyo Purnomo/Gunawan hanya mampu meraih peringkat 4 di Piala Bupati Kendal, 21 Agustus. Prestasi semakin merosot saat pasangan gaek Kardoyo/Janto hanya menembus peringkat 12 di Piala Semen Gresik, 28 Agustus.

“Perlu perbaikan peringkat untuk menatap Kejurprov. Kami bertekad memertahankan posisi 3 di Kejurprov seperti tahun lalu,” ujar Nindyo saat jumpa pers di Balai Raos, Selasa (30/8/2016).

Regenerasi

Wali Kota Cup akan memertandingkan empat kelas/kategori yakni umum, senior, junior/mahasiswa dan pelajar. Panitia menargetkan sedikitnya 80 pasang peserta ikut ambil bagian dalam kejuaraan. Menurut Nindyo, pihaknya mulai menyiapkan regenerasi atlet di kejuaraan nanti. Gabsi mengajak sejumlah siswa SMA Kristen Sidokare untuk menyimak langsung kompetisi.

“Memang mereka belum turun di kejuaraan, tapi paling tidak mereka bisa merasakan atmosfer pertandingan,” kata dia.

Dia mengakui tak mudah mencari bibit muda pemain bridge di Kota Bengawan. Menurut Nindyo, masyarakat masih memersepsikan bridge sebagai permainan yang identik dengan perjudian.

“Kalau sudah pegang kartu dibilang judi. Padahal bridge adalah olahraga yang membutuhkan otak. Di daerah Pantura seperti Batang dan Kendal, masyarakatnya sudah lebih terbuka.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya