SOLOPOS.COM - (Espos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Sebagian warga Kabupaten Klaten memiliki kenangan dengan angkutan umum berwarna kuning yang kerap disebut kol kuning. Mereka berharap kol kuning dihidupkan lagi dengan wajah baru.

Kol kuning menjadi transportasi umum primadona di Kabupaten Bersinar era 1990-an hingga 2000-an. Salah satu warga Desa/Kecamatan Ngawen, Risdiyani, 35, mengatakan tahun 1999 kerap menggunakan jasa kol kuning untuk berangkat sekolah di SMPN 1 Klaten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kala itu, dia tinggal di Desa Senden, Kecamatan Ngawen. “Kalau tidak salah kol kuning jalur F. Saat itu tarifnya untuk pelajar Rp300 per orang,” kata Risdyani kepada Espos, Minggu (17/10/2021).

Baca Juga : Muncul Klaster PTM di Solo, 28 Siswa di 1 SD Terpapar Covid-19

Penumpang berjubel menjadi rutinitas saat berangkat dan pulang sekolah. Risdiyani pun mengaku pernah bergelantungan di pintu saat pulang sekolah demi cepat sampai di rumah.

“Saat jam pulang itu justru yang mau naik banyak. Jadinya saya pernah bergelantungan di pintu dan berhimpit-himpitan. Kalau sopir-sopir itu orangnya biasa-biasa saja. Tetapi yang galak itu penumpang lainnya seperti mbokde-mbokde pasar yang ikut menumpang,” urai dia.

Kenangan kol kuning juga dimiliki Nofiq, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan. Dia kerap menggunakan jasa kol kuning untuk ke Pasar Tiga Lantai Klaten atau yang kerap disebut dengan Pasar Gede.

Baca Juga : Duh! Klaster PTM Muncul di Kota Solo, 4 SD Ditutup Hingga Sebulan

“Dulu sering dari rumah ke kota misalnya mau jalan-jalan ke pasar dan Plasa Klaten pasti naik kol kuning jurusan B,” kata Nofiq.

Bagi Nofiq, masa-masa ketika kol kuning eksis cukup menyenangkan. Dia berharap kol kuning bisa dihidupkan lagi.

“Menyenangkan ketika di dalam kol kuning itu penuh dan bertemu banyak orang. Pada masa itu angkutan tersebut sangat membantu dan saya berharap bisa dihidupkan lagi serta bisa diperbanyak sampai ke pelosok-pelosok untuk mengurangi mobilitas sepeda motor,” kata dia.

Baca Juga : Mustakim Pulang Berlari Salatiga-Klaten, PKL Panen Rezeki

Datang Tak Tepat Waktu

Salah satu warga Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, L. Sukamto, 48, mengatakan kerap menggunakan jasa kol kuning ketika menuju kota lantaran terminal angkutan berada di belakang Pasar Tiga Lantai Klaten. Satu hal yang paling dia ingat soal kol kuning kerap datang tak tepat waktu.

“Kemudian kalau sudah sampai dan kami mau naik, ternyata di dalam sudah berjubel dan aneka bau. Bahkan kalau ada pelajar yang nekat itu bergelantungan di pintu atau yang nyalinya besar duduk di atap,” kata Sukamto.

Dia mengakui tak pernah lagi melihat kol kuning saat ini. Tak hanya di Wedi, nyaris di seluruh wilayah Klaten tak lagi terlhat kol kuning beroperasi. “Harapan masyarakat tetap ingin pemerintah menyediakan angkutan publik. Tetapi memang dilematis dan tidak mudah,” jelas dia.

Baca Juga : Gibran Pastikan Rock in Solo Segera Digelar, Bintang Tamunya Siapa Ya?

Salah satu warga Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara, Setyawan, mengatakan kerap menumpang kol kuning ketika masih tinggal di wilayah Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan. “Waktu itu masih kecil sampai awal SD kerap naik kol kuning ketika mau ke kota misalnya ke Pasar Gede. Seingatku naik trayek E,” kata dia.

Setyawan berharap kol kuning bisa eksis lagi melalui trayek yang sudah ada atau dibuat trayek baru. “Bisa menjangkau lokasi wisata atau pasar atau sekolah. Ya pasti berat apalagi saat ini banyak yang sudah memiliki kendaraan pribadi. Namun, promosi angkutan wisata yang masih, tarif terjangkau, dan trayek yang menyasar lokasi strategis tentu bisa menarik penumpang,” kata dia.

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Klaten, Sapto Widhi Harsono, mengatakan meredupnya beberapa moda transportasi umum konvensional menyusul semakin banyaknya warga yang memilih beralih menggunakan kendaraan pribadi. Dia pun mengakui munculnya transportasi umum berbasis online turut menggerus eksistensi transportasi umum konvensional.

Baca Juga : Tak Hanya Arca, Tim Arkeolog Juga Temukan Pagar Candi di Weru Sukoharjo

“Tetapi kami tetap berupaya agar transportasi umum di Klaten salah satunya dengan menyediakan bus sekolah gratis yang saat ini sedang persiapan untuk itu. Kami juga sedang menjalin kerja sama dengan Damri untuk menyiapkan angkutan umum yang melayani ke objek wisata,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya