SOLOPOS.COM - Sri Susuhunan Pakubuwana X bersama GKR. Hemas, putra-putri dan cucunya di Karaton Surakarta pada 27 Oktober 1915. (Wikimedia)

Solopos.com, SOLO – Pada pengujung abad ke-19, Jawa mengalami kejayaan industri gula. Catatan Archief voor de Java Suikerindustrie in Ned-Indie, 1929, menjelaskan pada 1897 produksi gula di Jawa sebanyak 605.000 ton. Jumlah itu melampaui Kuba yang sebelumnya menjadi produsen gula terbesar di dunia.

Gula yang melimpah dipasok dari 148 pabrik gula di seluruh Jawa. Industri gula tersebut dikelola raja-raja trah Mataram. Saat industri tersebut melejit pada era itu, keuntungan mengalir ke Keraton Kasunanan Surakarta. Selama hampir empat dekade, sekitar 1894 hingga 1932, raja-raja Jawa menikmati keuntungan dari penjualan gula.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kasunanan Surakarta kala itu diperintah Sri Susuhunan Paku Buwono X atau PB X. Industri gula dirintis jauh oleh pendahulunya, yakni Sri Susuhunan Paku Buwono Vll sejak 1842. Saat itu PB VII membuat rencana strategis membangun industri gula. Kisah lengkap bisa dibaca di Paku Buwono X Berjuluk Kaisar Jawa, Kaya Raya Berkat Gula.

Ekspedisi Mudik 2024

Peluncuran program KUR Goes To Campus menghadirkan dilema bagi mahasiswa. Mereka seakan-akan ditawari dua pilihan, yakni menyelesaikan studi dengan cepat atau meraih peluang sukses pada usia muda dengan menekuni bisnis.

Pemerintah terus mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui program pembiayaan ringan kredit usaha rakyat (KUR). Dukungan tersebut berupa akses pembiayaan murah dan mudah bagi pelaku UMKM, terutama di kalangan mahasiswa. Penjelasan lengkap tersaji di KUR Goes To Campus, Antara Lulus Cepat dan Mimpi Sukses di Usia Muda.

Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah,  membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Bengawan Solo. Luas daerah tangkapan air waduk ini 1.350 kilometer dengan pintu masuk Bengawan Solo, Sungai Kaduang, Sungai Tirtomoyo, Sungai Parangjoho, Sungai Temon, dan Sungai Posong.

Luas genangan maksimal Waduk Gajah Mungkur 8.800 hektare yang mencangkup tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro. Bangunan bendungan berada di Desa Pokohkidul, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogori. Waduk ini dinamakan Gajah Mungkur karena lokasinya tak jauh dari Pegunungan Gajahmungkur di sebelah barat waduk. Kisah lengkap bisa dibaca di Nama Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Berasal dari Gunungapi Purba Raksasa.

Dalam Prasasti Telang yang terukir pada 11 Januari 903 masehi, terdapat tiga desa di Wonogiri yang ditetapkan sebagai perdikan atau desa bebas pajak pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Usia tiga desa kuno itu tentu jauh lebih tua dari Kerajaan Majapahit yang berdiri pada 1293 masehi.

Waduk Gajah Mungkur berjarak sekitar enam kilometer di bagian selatan ibu kota Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Waduk Gajah Mungkur sejak 1964. Tujuan utama sebagai pengendali banjir akibat luapan Bengawan Solo. Cerita lengkap bisa dibaca di Misteri 3 Desa Kuno di Wonogiri, Jauh Lebih Tua dari Kerajaan Majapahit.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya