SOLOPOS.COM - Karakter Sweetie yang diandalkan Terre des Hommes Netherlands untuk mengungkap fakta mengerikan mengenai pedoseksual di dunia maya. (abcnews.go.com)

Solopos.com, JAKARTA —Terre des Hommes Netherlands, suatu organisasi yang peduli dengan hak anak, mengandalkan karakter gadis kecil berusia 10 tahun bernama Sweetie untuk mengungkap fakta mengerikan mengenai pedoseksual yang memangsa anak-anak di dunia maya.

“Pedoseksual mengincar anak-anak terutama di dunia maya dan para predator itu meminta anak untuk melakukan aksi seksual hanya 5 menit sejak percakapan di Internet dimulai,” papar Penasihat Program Terre des Hommes Netherlands Regional Asia Tenggara Hanneke Oudkerk di Jakarta, Kamis (7/11/2013).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pedoseksual adalah bentuk penyimpangan orientasi seksual yang membuat penderitanya menyukai mereka yang masih berada di bawah umur. Pelaku pedoseksual cenderung menyakiti dan melakukan hubungan seks pada korbannya. Demi mengungkap keberadaan mereka, Terre des Hommes Netherlands pun melakukan penelitian menggunakan karakter virtual anak perempuan Filipina bernama Sweetie selama 2 bulan di 80 ruang obrolan (chat room) di Internet.

Hasilnya, ditemukan 26 ruang obrolan yang digunakan oleh lebih dari 1.000 orang dewasa pedoseksual yang bersedia membayar anak-anak di negara berkembang untuk melakukan adegan-adegan seks di kamera video. “Pada saat predator berinteraksi dengan gadis kecil virtual itu, para peneliti mengumpulkan identitas predator melalui media sosial untuk membuka samarannya,” jelas Oudkerk.

Sementara itu, Manajer Terre des Hommes Netherlands untuk Indonesia Sudaryanto mengatakan kasus kekerasan seksual melalui webcam atau Webcam Child Sex Tourism (WCST) memang belum terlalu marak di Indonesia. “Namun tiga dari 1.000 orang yang diketahui identitasnya sebagai predator itu berasal dari Indonesia,” ungkap Sudaryanto.

Sudaryanto menduga salah satu penyebab anak-anak Indonesia belum menjadi target sindikat tersebut, karena anak-anak Indonesia belum fasih berbahasa Inggris. “Namun potensinya besar, ini harus diwaspadai,” kata Sudaryanto.

Sudaryanto mengharapkan agar para orang tua untuk turut mengawasi anak-anak mereka ketika berselancar di dunia maya, demikian juga dengan penggunaan telepon pintar dan media sosial lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya