SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Ilustrasi

Tulisan utama Majalah Newsweek tentang kehidupan sesudah kematian berhasil menjadi kontroversi selama beberapa pekan di masyarakat Amerika. Dalam sebuah tulisan yang mengangkat tentang pengalaman seorang dokter bedah syaraf, Dr Eben Alexander, tentang pengalaman seseorang yang berada dalam kondisi koma membuat Alexander akhirnya merasa yakin bahwa surga benar-benar ada.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Dilansir dari popularscience.com, Selasa (23/10), Alexander mendeskripsikan dengan detail apa yang dilihatnya saat berada dalam kondisi koma. Dia menyebut tentang tempat yang penuh awan serta makhluk yang berkilauan.

Tak hanya itu, Alexander juga menyebut tentang adanya seorang wanita yang menemaninya dalam menempuh perjalanan tersebut dengan menawarkan sebuah pesan mengenai harapan serta cinta. Pengalaman Alexander disebut-sebut sebagai salah satu contoh dokumentasi mengenai kejadian kematian.

Beberapa gejala umum yang dialami seseorang saat berada dekat dengan kematian adalah rasa damai, euforia, terasing serta perasaan seperti mengambang di sebuah ruangan dan pengalaman keluar dari tubuh. Saat itu, seseorang tersebut akan melihat sebuah terowongan panjang dengan cahaya di bagian ujung dan mampu menyaksikan anggota keluarga di sekitarnya.

Terlepas dari pengalaman berdekatan dengan kematian, sekarang ini, perdebatan di masyarakat dan ilmuwan justru mengarah kepada definisi near-death-experinces (NDE) atau pengalaman berdekatan dengan kematian. Pasalnya, hingga saat ini belum ada konsensus mengenai hal tersebut khususnya berkaitan dengan standardisasi semisal seberapa dekat pengalaman itu dengan kematian atau berapa lama pengalaman itu berlangsung.

Sebagai informasi, definisi NDE kali pertama dirumuskan oleh seorang dokter dan psikologis, Raymond Moody, pada 1975. Dalam definisinya itu, Moody menjelaskan NDE berkaitan dengan kepasrahan di mana seseorang akan meninggal tanpa perhatian medis.

Definisi ini dianggap banyak orang kabur karena orang yang mengalami kejadian berdekatan dengan kematian tidak selalu menghadapi bahaya yang riil berkaitan dengan kematian itu sendiri.

Seorang ilmuwan dan dokter dari Stony Brook University School of Medicine serta pengarang buku Forthcoming Erasing Death, Dr Sam Parnia, mengatakan lebih memilih mempelajari fenomena yang benar-benar berbeda dibanding NDE yakni kematian itu sendiri. Alasan itu dia ajukan lantaran tidak ada tanda-tanda objektif dalam menjelaskan pengalaman tersebut.

Sebelumnya, Parnia beserta timnya melakukan sebuah percobaan untuk menjelaskan pengalaman berdekatan dengan kematian. Dalam percobaannya itu, di sebuah ruangan, dia menghentikan napas beberapa orang dan menaruh beberapa lukisan di sudut. Setelah itu, dia meminta orang-orang tersebut menjelaskan lukisan yang mereka saksikan. Dalam akhir percobaannya, Parnia mengaku belum bisa membuat sebuah kesimpulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya