SOLOPOS.COM - Pencipta lagu Himne Guru, Sartono, 78. (JIBI/Solopos/Aries Susanti)

Kehidupan Sartono, sang pencipta lagu wajib Himne Guru benar benar penuh lika liku. Inilah kisahnya?

Madiunpos.com, KOTA MADIUN –Sartono, sang pencipta lagu asal Kota Madiun itu sama sekali tak menyangka lagu ciptaanya bakal menjadi lagu wajib Nasional.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Istri Sartono, Damijati, menjelaskan Himne Guru diciptakan suaminya pada 1980. Sartono terinspirasi oleh perjuangan seorang guru di Madiun yang hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Ekspedisi Mudik 2024

“Bapak mengarang lagu itu dalam rangka mengikuti lomba peringatan Hari Guru,” ujarnya saat berbincang dengan Madiunpos.com, Senin (26/1/2015).

Damijati menjelaskan, suatu hari di dalam bus ketika menempuh perjalanan ke Kabupaten Nganjuk, suaminya membaca sebuah pengumuman di sebuah koran tentang lomba menciptakan Himne Guru. Lomba itu yang menyelenggarakan ialah Departemen Pendidikan Nasional.

“Saat itu Bapak mengajar musik di SMP Santo Bernardus sebagai guru honorer,” ujarnya.

Sartono tertarik mengikuti lomba itu karena hadiahnya amat besar, yakni Rp750.000. Dalam perjalanan pulang di dalam bus, Sartono lantas menggumamkan nada-nada sambil bersiul, lalu ia tulis di kertas. Namun, di sepanjang perjalanan, bahkan sampai tiba di rumah, Sartono sama sekali tak mendapatkan ide. Ia gagal untuk menuliskan kata demi kata dalam lagu itu.

Hari terus berganti. Pengumuman lagu tinggal dua pekan lagi. Namun, Sartono belum berhasil mendapatkan ide. Sang istri, Damijati akhirnya membantu suaminya. Ia pun mengisahkan kehidupan seorang guru yang dikenal baik, jujur, bisa dicontoh, dan penuh perjuangan di mata mereka.

“Guru itu mengalami kesusahan ekonomi akibat sebuah musibah yang menimpa keluarganya. Hartanya habis dirampok orang. Ia bahkan sampai harus mengamen. Tapi, anehnya, guru itu tetap mengajar,” kenang Damijati.

Cerita itulah yang akhirnya menginspirasi Sartono. Ia pun dengan cepat memindah cerita itu dalam sebuah lagu dan berhasil mendapatkan juara.

Kini, usia Sartono telah 78 tahun. Ia pikun sejak empat tahun lalu. Di dalam rumahnya di ujung Jl Halmahera Kartoharjo, Kota Madiun, tak ada aktivitas yang ia lakukan, selain duduk, makan, dan bicara sendiri berulang-ulang tanpa makna yang jelas. Meski ia telah lupa masa mudanya, namun anak-anak negeri ini tetap mengingat jasa-jasanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya