SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan rumah yang terdampak proyek jalur kereta api (KA) Bandara Adi Soemarmo di Kadipiro, Solo, Selasa (23/5/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Warga bantaran rel sepanjang Stasiun Solo Balapan-Stasiun Kalioso gelisah dengan nasib mereka terkait proyek KA bandara.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah warga yang menempati lahan PT KAI di bantaran rel Stasiun Solo Balapan-Stasiun Kalioso wilayah Kecamatan Banjarsari, Solo, mempertanyakan kepastian nasib mereka terkait dampak pelaksanaan proyek pembangunan jalur KA bandara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua RT 006/RW 005 Kelurahan Gilingan, Wahyudi Raharjo, 44, mengatakan hingga kini warga bantaran rel yang menempati lahan PT KAI di wilayah Gilingan belum menerima kepastian terkait dampak proyek pembangunan jalur KA bandara bagi mereka. Dia mengatakan banyak warga yang resah hingga terus bertanya kepada dirinya selaku pengurus RT 006/RW 005 terkait perkembangan proyek tersebut.

Namun apa daya, Wahyudi tidak bisa menjawab pertanyaan para warga tersebut lantaran tidak mengantongi informasi dari Pemerintah Kecamatan Banjarsari maupun pelaksana proyek pembangunan jalur KA bandara. (Baca: Ganggu Proyek KA Bandara, Bangunan Bantaran Rel Solo Balapan-Kalioso Dibongkar)

Ekspedisi Mudik 2024

“Hingga kini belum ada sama sekali sosialisasi atau pemberitahuan lebih lanjut terkait progres pelaksanaan proyek KA bandara. Maka dari itu warga juga bingung sebenarnya program ini jadi jalan atau enggak? Kasihan warga menunggu kepastian. Saya sendiri bingung soalnya keluhan dan pertanyaan warga pasti disampaikan ke saya. Padahal saya juga enggak tahu harus jawab bagaimana,” keluh Wahyudi saat diwawancara Solopos.com di Kantor Kelurahan Gilingan, Kamis (23/11/2017) pagi.

Wahyudi menceritakan belakangan ini makin banyak warga yang bertanya kepada dirinya soal pelaksanaan proyek KA bandara setelah mereka mengetahui ada petugas Kantor Pertanahan Solo dan Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah yang mengukur lahan hak milik (HM) warga Kelurahan Kadipiro yang terdampak proyek tersebut.

Warga ingin mengetahui bagaimana nasib mereka yang tinggal di bantaran rel lahan milik PT KAI. Menurut dia, warga waswas jika tiba-tiba harus pindah dan tidak mendapat kompensasi. (baca: KA Bandara Adi Soemarmo Harus Selesai November 2018)

“Beberapa warga membaca berita yang menayangkan informasi terkait rencana jalur KA bandara mau dibuat melayang. Mereka bertanya kepada saya, jalur KA bandara yang akan dibuat melayang apakah termasuk di wilayah Gilingan? Tentu saja, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun, jika dibaca lagi beritanya, jalur KA bandara yang akan dibuat melayang hanya di wilayah Kadipiro setelah stasiun baru. Saya mohon dari Pemkot maupun instansi terkait bisa memberikan kepastian proyek juga kepada warga di bantaran rel,” jelas Wahyudi yang juga menempati lahan PT KAI.

Yudi menuturkan di Gilingan ada 94 bangunan yang menempati lahan PT KAI dan berpotensi terdampak langsung proyek pembangunan jalur KA bandara. Puluhan bangunan tersebut bukan hanya rumah, tapi juga sarana umum seperti tempat ibadah, pos ronda, dan lain sebagainya.

Warga berharap pemerintah tidak semena-sema menggusur warga di lahan PT KAI jika terdampak proyek KA bandara. Yudi meminta pemerintah juga memberikan kesempatan bagi warga untuk mengutarakan usulan terutama soal kompensasi bagi warga jika terdampak. (Baca: Demi Kepentingan Masyarakat, Jalur KA Bandara Solo Dibuat Melayang)

Ditemui terpisah, warga bantaran rel di RT 001/RW 021 Kadipiro, Hariyanto, 50, gelisah belum juga mendapat kepastian terkait nasibnya apakah digusur atau tidak karena terdampak proyek pembangunan jalur KA bandara. Dia menyebut hingga kini warga bantaran rel KA belum diundang lagi dalam sosialisasi proyek KA bandara.

Warga terakhir mengikuti sosialisasi pada Rabu (10/5/2017) lalu. Hariyanto menyatakan keluarganya akan tetap tinggal di bantaran rel hingga ada kepastian dari PT KAI. Dia keberatan jika diminta meninggalkan rumah yang telah ditempati selama 10 tahun itu tanpa mendapat kompensasi yang setimpal.

“PT KAI belum bisa memastikan warga di bantaran rel akan digusur atau tidak seiring dengan proyek KA bandara. Ketidakpastian itu juga menjadi beban pikiran warga. Saya menyadari selama ini cuma tinggal menumpang di lahan PT KAI. Saya tidak berhak meminta macam-macam. Saya hanya berharap kepada PT KAI agar bisa memberikan rumah pengganti kepada warga yang digusur,” ujar Hariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya